Bismillah…
Untuk mengusir sifat ujub dari dirinya, seorang perlu mengupayakan tiga hal berikut:
Pertama, mengingatkan dirinya akan dosa-dosa dan kekurangan-kekurangannya.
Misalnya, jika ia kagum dengan ibadahnya, hafalannya, atau sifat-sifat yang ada pada dirinya, maka cobalah memandang dosa-dosanya dan kekurangannya. Yang namanya manusia pasti selalu ada lalai dan tindakan yang melampaui batas, memiliki kekurangan di sana dan sini.
Jika ia mulai berusaha mengingatkan diri akan sisi-sisi kekurangan yang ada padanya, hal itu akan lebih baik baginya, agar jiwanya disibukkan oleh kesadaran dan upaya untuk memperbaiki kekurangannya, daripada mengagumi sebuah kelebihan yang ada pada dirinya, mengingat kekurangan diri itu akan memudahkannya untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan kualitas diri..
Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda dalam sebuah hadits yang telah disampaikan di awal,
لَوْ لَمْ تَكُونُوا تُذْنِبُونَ خَشِيتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ
“Seandainya kalian tidak melakukan dosa, niscaya aku mengkhawatirkan sesuatu yang lebih besar dari itu, yaitu ujub dan ujub.”
Ini menunjukkan bahwa dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang manusia, akan menghapus perasaan ujub di dalam hatinya di saat ia mengingat dosa-dosanya ketika perasaan ujub muncul di dalam hati.
Kedua, mengingatkan diri bahwa apa yang diperolehnya adalah karunia Allah kepadanya.
Jika bukan karena karunia Allah ta’ala, maka hal tersebut tidak akan terjadi padanya. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya di atas,
مَا شَاءَ اللهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بالله
“Ini adalah kehendak Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah,”
Jadi seorang berusaha mengingatkan diri akan kedermawanan Tuhan yang maha memberi, Allah ta’ala. Dan bahwa ini murni anugerah Allah kepadanya.
Ketiga, mengingatkan diri akan kekurangannya dalam amalan yang telah dilakukannya.
Karena semaksimal apapun amalan yang dilakukan oleh seseorang, pasti ada kekurangannya. Jika yang membuatnya ujub itu adalah hafalannya, cobalah mengingat kekurangan pada hafalannya di bidang yang lain. Atau seorang ada dorongan ujub terhadap ibadahnya, cobalah mengingatkan kekurangannya dalam hal ibadah pada jenis ibadah yang lain, dan seterusnya.
Dengan mengingat ketiga hal ini, maka perasaan ujub dengan izin Allah dapat dienyahkan dari diri seorang. Jiwa-jiwa tentu membutuhkan obat. Bila seorang tidak berupaya untuk terus menyembuhkan penyakit jiwanya, itu bisa membahayakan membawa dirinya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam hadits yang disebutkan di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dari hadis Abu Hurairah, semoga Allah meridhoinya, yang berkata: Rasulullah bersabda,
«لَنْ يُنْجِي أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ»، قالوا: ولا أنت يا رسول الله ؟! قال: «وَلا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ بِرَحْمَةٍ».
“Tidak ada seorang pun dari kalian yang akan diselamatkan oleh amalnya.”
Para sahabat bertanya, “Apakah demikian pula dengan Anda wahai Rasulullah?!”
Beliau menjawab, “Tidak juga aku, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku.”
Semoga Allah menjaga hati kita dari sifat ujub.
Diterjemahkan oleh: Ahmad Anshori, dari kitab Ahadits Al-Qulub karya Syaikh Abdurrazaq Al-badr -hafidzahullah-.
Artikel: Remajaislam.com