Bismillah…
Ada sejumlah hadis yang berisi motivasi untuk berada di shaf pertama,
Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصُّفُوْفِ اْلأُوَلِ
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang shalat di shaf pertama.”(HR. Abu Dawud, shahih)
Yang dimaksud shalat Allah kepada hambaNya adalah, pujian Allab untuk hamba tersebut di hadapan para malaikat. Adapun shalawat dari malaikat maknanya adalah para malaikat mendoakan istighfar atau ampunan untuk orang tersebut. (Al-Mausu’ah Al-Haditsiyyah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلاَّ أنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا
“Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidaklah akan medapatkannya kecuali dengan diundi, niscaya pasti mereka akan mengundinya.“ (HR. Muslim)
Karena berusaha untuk menempati shaf pertama dan juga mengumandangkan azan mengandung pahala yang sangat mahal.
Diantara pahala yang tersimpan dalam shaf pertama adalah:
(1) Para muadzin akan menjadi orang yang paling panjang lehernya di hari kiamat. Sebagaimana dikabarkan Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-,
المؤذنون أطول الناس أعناقًا يوم القيامة
“Para muadzin akan menjadi manusia yang paling panjang lehernya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
(2) Seluruh makhluk dan benda yang terjangkau oleh suara azan, kelak akan menjadi saksi yang baik untuk muazin di hari kiamat.
Sebagaimana keterangan dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu’anhu- kepada Allah bin Abdurrahman bin Abu Sho’sho’ah Al-Anshori,
إني أراك تحب الغنم والبادية، فإذا كنت في غنمك أو باديتك فأذنت بالصلاة فارفع صوتك بالنداء؛ فإنه لا يسمعُ مدى صوت المؤذن جنٌّ ولا إنسٌ، ولا شيء إلا شهد له يوم القيامة، سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Aku memandang kamu senang kambing-kambing kampung. Jika kamu sedang bersama kambingmu, silahkan azan, angkat tinggi-tinggi suara azanmu. Karena tidaklah ada jin, manusia atau benda apapun, kecuali ia akan menjadi saksi baik untuk yang berazan. Aku mendengar demikian dari Rasulullah -shalllahu’alaihi wa sallam-.” (HR. Bukhari)
Kemudian tentang keutamaan shaf pertama, ini sangat disadari oleh para salaf. Sehingga mereka berusaha keras untuk bisa menempati shaf pertama. Sebagai contoh, apa yang disampaikan oleh Rabi’ah bin Yazid, beliau berkata,
ما أذن المؤذن لصلاة الظهر منذ أربعين سنة إلا وأنا في المسجد، إلا أن أكون مريضًا أو مسافرً
“Tidaklah muazin itu berada di masjid melainka aku sudah ada di masjid. Hal ini sudah aku lakukan selama 40 tahun. Kecuali karena sakit atau safar.”
Sa’id bin Al-Musayyib berkata,
ما فاتتني التكبيرة الأولى منذ خمسين سنة، وما نظرت في قفا رجلٍ في الصلاة منذ خمسين سنة
“Aku tak pernah tertinggal dari takbirorul ihram selama 50 tahun. Aku tidak pernah melihat tengkuk seorang pun di saat shalat selama 50 tahun.”
Waki’ bin Al-jarroh menceritakan tentang Al-A’masy,
كان الأعمش قريبًا من سبعين سنة لم تفته التكبيرة الأولى
“Al-A’masy sampai di saat umur beliau mendekati 70 tahun, beliau tidak pernah tertinggal takbirotul ihram.”
Wallahulmuwaffiq.
Referensi:
- Islamweb.net (2013). لو يعلم الناس ما في النداء والصف الأول. Retaived form https://www.islamweb.net/ar/article/192016/%D9%..
- Adduroh As-Saniyyah. Al-Mausu’ah Al-Haditsiyyah. Retaived form https://dorar.net/hadith/sharh/41479.
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com