Bismillah…
Ayat yang akan menjadi bahasan adalah ayat berikut:
وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ
أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ
وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ
الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ
”Penyair-penyair itu diikuti oleh setan (jin dan manusia). Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan membela diri sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’ara’: 224-227)
Tafsir ayat:
Ayat di atas menunjukkan bahwa para penyair pada umumnya pada mereka ada sifat-sifat yang disebutkan dalam ayat di atas, yaitu:
- Diikuti oleh setan jin dan manusia. Abu Ja’far menerangkan bahwa penyair musyrikin diikuti oleh setan dari kalangan manusia, gembong-gembong setan dan Jin ahli maksiat (Tafsir At-Thabari).
- Pandai merangkai kata hal-hal yang sebenarnya mereka sendiri tidak melakukan.
- Mengembara di setiap lembah. Maksudnya lembah-lembah syair; terkadang mereka memuji, kadang mencela, kadang berkata jujur, kadang berdusta, berganti-ganti dari keadaan kepada keadaan lain sesuai hawa nafsu dan kepentingannya. Mereka tidak konsisten dengan kebenaran dan kejujuran (Tafsir As-Sa’di). Bahkan para penyair itu bisa dengan cepatnya berubah sikap, ia bisa memuji-muji setinggi langit suatu hal yang tadinya ia cela serendah-rendahnya, atau mencela sehina-hinanya sesuatu yang baru saja ia sanjung-sanjung setinggi langit (Tafsir Ar-Razi). Imam At-Thabari menerangkan makna para penyair mengembara di lembah-lembah, “يمدحون قوما بباطل, ويشتمون قوما بباطل” “Mereka menyanjung-nyanjung sautu pihak dengan cara yang batil, atau mencela dengan cara yang batil.” (Tafsir At-Tahabari).
Kemudian Allah kecualikan para penyair yang baik, yaitu penyair-penyair yang pada mereka ada sifat berikut:
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ
الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ
“Kecuali penyair-penyair yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’ara’: 227)
Sifat-sifat tersebut adalah:
- Beriman kepada Allah dan RasulNya. ( إلا الذين آمنوا ) “Kecuali orang-orang yang beriman.”
- Beramal shalih. ( وعملوا الصالحات ) “dan beramal shalih.”
- Syair mereka mengandung tauhid, pujian kepada Nabi dan nasehat untu mengikuti kebenaran. ( وذكروا الله كثيرا ) “mereka banyak mengingat Allah.”
- Untuk membela diri dalam koridor keadilan dan tidak melampui batas atas kezaliman yang menimpa. ( وانتصروا من بعد ما ظلموا ) “dan membela diri sesudah menderita kezaliman.”
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullah- menerangkan,
فصار شعرهم من أعمالهم الصالحة، وآثار إيمانهم، لاشتماله على مدح أهل الإيمان، والانتصار من أهل الشرك والكفر، والذب عن دين الله، وتبيين العلوم النافعة، والحث على الأخلاق الفاضلة
“Syair mereka menjadi bagian dari amal-amal saleh mereka, dan jejak-jejak iman mereka. Karena mengandung pujian kepada orang-orang yang beriman, serta membela kebenaran di hadapan orang-orang yang musyrik dan kafir, serta membela agama Allah, dan menjelaskan ilmu-ilmu yang bermanfaat, serta mendorong perilaku yang terpuji.”
Penyair-penyair yang dikecualikan Allah dengan sifat-sifat terpuji di atas diantaranya adalah para penyair dari kalangan sahabat Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- diantaranya Hasan bin Tsabit; yang dijuluki Sya’ir Ar-Rasul (Penyairnya Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-), Ka’b bin Malik dan Abdullah bin Rawahah, kemudian para penyair di kalangan tabi’in, lalu tabi’ut tabi’in hingga hari ini.
Syairnya orang-orang beriman mengandung faidah dan manfaat. Inilah syair yang dipuji pula oleh Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-,
إن من الشعر حكمة
“Sesungguhnya di dalam syair itu mengandung hikmah.” (HR. Tirmidzi)
Kemudian Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- pernah memerintahkan Hasan bin Tsabit untuk membela Islam dihadapan musyrikin Quraisy dengan mengatakan,
إنه أشد عليهم من وقع النبل
“Sesungguhnya syairmu lebih menusuk mereka daripada tusukan panah.” (HR. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, sanad Hasan)
Nabi mendoakan Hasan bin Tsabit saat sedang berjuang membela Islam dengan syair-syairnya,
اللهم أيده بروح القدس
“Ya Allah kuatkanlah ia dengan Ruh Al-Qudus (yakni Jibril).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan turunnya ayat ini, Allah hendak menghancurkan tuduhan kaum musyirikin bahwa Nabi adalah penyair dan Al-Quran yang ia bacakan adalah syair karangan Nabi. Sebagaimana di saat Nabi dituduh sebagai dukun, Allah menurunkan ayat-ayat yang berisi celaan terhadap para dukun dan mengungkap hakikat mereka.
Wallahua’lam bis showab.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com