Ada sejumlah tanda seorang yang mengalami lapangnya hati. Tanda-tanda ini sangat tampak pada diri seorang muikmin, yang membuatnya akan bersyukur atas dampaknya di dunia dan akhirat. Sejumlah tanda tersebut dapat disimpulkan menjadi tiga tanda berikut ini:

1. Adanya kesadaran terhadap kehidupan yang lebih abadi yaitu akhirat.

2. Adanya kesadaran untuk menjauh dari kehidupan yang akan berakhir dan fana, yaitu dunia.

3. Mempersiapkan diri untuk bertemu dengan kematian dan kehidupan sesudahnya.

Bila tiga tanda di atas ada pada diri seseorang, maka itu pertanda dia sedang mendapatkan kelapangan serta ketenangan hati.

Ibnul Qoyyim -rahimahullah- mengatakan,

وعلامة هذا، انشراح الصدر لمنازل الإيمان وانفساحه وطمأنينة القلب لأمر الله، والإنابة إلى ذكر الله ومحبته والفرح بلقائه والتجافي عن دار الغرور، كما في الأثر المشهور: إذا دخل النور القلب انفسح وانشرح، قيل: وما علامة ذلك؟ قال: التجافي عن دار الغرور والإنابة إلى دار الخلود والاستعداد قبل نزوله

“Tanda kelapangan hati adalah, terbukanya hati menerima nilai-nilai iman, tenangnya hati menerima perintah-perintah Allah, selalu ingin Kembali mengingat Allah, cinta kepada Allah, ada rasa bahagia untuk berjumpa dengan Allah serta menghindar dari alam yang menipu (dunia, pent). Tanda-tanda ini sebagaimana diterangkan di dalam sebuah Riwayat yang terkenal (Riwayat Ibnu Abi Syaibah di dalam Mushonnafnya (34314), At-Tobari di dalam kitab tafsirnya (13852)), “Jika cahaya telah masuk ke dalam hati, maka hati akan menjadi luas dan lapang.”

Seorang bertanya, “Apa gerangan tanda hati yang luas itu?”

Jawabannya, “Menjauh dari kehidupan yang semu, sadar terhadap kehidupan di alam yang abadi dan mempersiapkan bekal bertemu kematian sebelum menjumpainya.” (Miftah Dar As-Sa’adah (1/421)).

Sebab-Sebab Lapangnya Hati

Ada sejumlah sebab yang sangat potensial mendatangkan kelapangan hati, ini sekaligus sebagai ciri-ciri orang yang hidup bahagia:

Pertama, bertauhid dan Ikhlas dalam menjalan agama.

Tauhid dan Ikhlas bisa dianggap sebagai sebab yang paling penting dalam menggapai kelapangan hati dan sebagai sebuah tujuan yang menjadi tujuan Allah menciptakan makhluk serta mengadakan makhluk untuk mewujudkan nilai-nilain tauhid di muka bumi. Sebagaimana difirmankan oleh Allah ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Semakin besar nilai tauhid yang diwujudkan oleh seorang hamba, serta semakin besar perhatian terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban tauhid dan berusaha menjauh dari segala pembatalnya, maka akan semakin sempurna kelapangan hati yang dia dapatkan, hatinya semakin tenang, dia makin Bahagia di dunia dan akhirat.

Kedua, cahaya yang Allah tanamkan dalam hati seorang hamba.

Allah ta’ala berfirman,

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya?) (QS. Az-Zumar: 22)

Makna ayat ini: dia berada di dalam cahaya sebagai panjangan dari Allah dan karunia dariNya. Cahaya itu adalah cahaya iman. Karena Cahaya iman akan melapangkan dan menghadirkan kebahagiaan di dalam hati. Jika cahaya itu hilang dari hati seorang hamba, maka hati akan sempit dan gelisah. Hati akan menjadi lebih penjara yang paling sempit dan paling sulit. Jatah kelapangan hati yang didapat seorang hamba sesuai dengan seberapa terang cahaya itu bersinar di dalam hati (Lihat: Zad Al-Ma’ad, Ibnul Qoyyim (2/28)).

Al-Hafidz Ibnu Rojab -rahimahullah- berkata, “Hati yang dimasuki Cahaya iman, menjadi lapang karenanya, maka hati itu akan condong dan tenang dengan kebenaran. Hati itu akan menjauh, membenci, tak akan membuka diri terhadap kebatilan.” (Jami’ Al-‘Ulum Wal Hikam 2/737).

Ketiga, belajar ilmu yang bermanfaat.

Setiap bertambah keilmuan agama seorang, yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi -shalllallahu’alaihi wa sallam-, maka akan semakin bertambah kelapangan hatinya, dan akan semakin baik kehidupannya.

Ilmu akan memuliakan seorang. Ilmu juga akan membahagiakan seorang. Kesuksesan dunia dan akhirat didapat melalui ilmu. Dan ilmu juga menjadi Cahaya seorang hamba meniti jalan Tuhannya. Sebagaimana Allah terangkan,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَا

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Selain itu, ilmu akan menjadi surga kehidupan untuk pencarinya, taman yang penuh dengan bunga dan kebun yang dipenuhi buah-buahan yang menyenangkan dipandang, dia dapat leluasa memetik buah yang paling enak dan berbagai macam bunga.

Lanjut ke part 2 di sini.

Referensi:

• Al-Badr, Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al-Abbad (1444H). Ahadis Ishlah Al-Qulub. Dar Imam Muslim. Madinah – Saudi Arabiya.

Diterjemahkan Oleh: Ahmad Anshori

Artikel: RemajaIslam.com