Tak ada yang berbeda dari cara haji atau umrah anak kecil dengan haji dan umrahnya orang dewasa pada umumnya, termasuk juga keberlakukan larangan-larangan ihram juga berlaku pada mereka, termasuk juga syarat berwudhu saat tawaf juga berlaku. Yang berbeda hanya pada satu hal, yaitu pada cara berniat. Karena ada satu rukun haji atau umrah yang tak bisa dilakukan oleh anak kecil, yaitu berniat memasuki ibadah haji atau umrah, atau yang diistilahkan dengan ber-ihram.Padahal haji dan umrah tanpa niat tentu tidak sah.
Lantas bagaimana solusinya?
Solusinya, si wali anak yang mewakili niatnya. Misalnya begini, saat tiba di miqot, setelah memastikan sang anak tidak ada larangan ihram yang terlanggar, si wali (yaitu orang dewasa yang menemani umrah atau haji anak) yang meniatkan di dalam hati bahwa anak ini sudah masuk ihram haji atau umrah. Demikian juga ketika tawaf dan sa’i, si wali yang meniatkan bahwa si anak hendak melakukan tawaf dan sa’i. Sebagaimana penjelasan di dalam kitab Syarah Kitab Al-Jami’ Liahkam Al-’Umroh wal Haj waz Ziyaroh,
ويصير الصبي محرماً بمجرد أن ينوي الولي،
كما أنك تحرم عن نفسك بالنية ثم تقول:
لبيك حجاً ولبيك عمرة،
فالولي يقول:
عقدت الإحرام لفلان أو لا يقول ولكن نوى في قلبه أنه الآن صار فلان هذا محرماً، كما إذا عقد له النكاح فيصير متزوجاً بذلك
“Anak kecil telah teranggap muhrim (orang yang sedang berada dalam ibadah haji atau umrah, pent.) hanya dengan niat yang diwakili oleh wali. Sebagaimana anda berniat haji atau umrah untuk diri anda sendiri, lalu mengucapkan talbiyah, “Labbaika hajjan atau Labbaika ‘umrotan, maka si wali mengucapkan “‘Aqodtul ihrom li fulan” (Aku wakili niat ihramnya fulan/sebut nama si anak), lafad ini (atau yang semakna, boleh juga menggunakan bahasa yang dipahami), boleh diucapkan boleh tidak, yang terpenting adalah diniatkan di dalam hati maka si anak telah sah menjadi muhrim. Sebagaimana yang berlaku pada akad nikah, bila sang wali mewakili akad nikahnya maka si anak sah berstatus sebagai pasangan suami istri.” (Syarah Kitab Al-Jami’ Liahkam Al-’Umroh wal Haj waz Ziyaroh, 5/12)
Demikian pula penjelasan dari Syaikh Abdulaziz bin Baz -rahimahullah- (grand mufti yang sangat karismatik di Saudi Arabia),
ثم إن كان الصبي دون التمييز نوى عنه الإحرام وليه، فيجرده من المخيط ويلبي عنه، ويصير الصبي محرماً بذلك، فيمنع مما يمنع عنه المحرم الكبير، وهكذا الجارية التي دون التمييز ينوي عنها الإحرام وليها، ويلبي عنها وتصير محرمة بذلك، وتمنع مما تمنع منه المحرمة الكبيرة، وينبغي أن يكونا طاهري الثياب والأبدان حال الطواف، لأن الطواف يشبه الصلاة، والطهارة شرط لصحتها
“Anak kecil laki-laki yang belum tamyiz (belum bisa berniat, pent.) yang meniatkan ihram haji atau umrah adalah walinya. Dia tanggalkan segala pakaian berjahit yang membentuk tubuh, lalu wali mewakili pengucapan talbiyahnya. Dengan demikian si anak berstatus sebagai muhrim. Segala larangan ihram yang berlaku pada laki-laki dewasa juga berlaku padanya. Demikian pula anak perempuan yang belum tamyiz yang meniatkan ihram haji atau umrah adalah walinya. Lalu wali mewakili pengucapan talbiyahnya. Dengan demikian si anak berstatus sebagai muhrimah. Segala larangan ihram yang berlaku pada perempuan dewasa juga berlaku padanya. Perlu diperhatikan di saat tawaf, dipastikan badan dan baju ihram anak dalam keadaan suci. Karena tawaf itu seperti shalat. Sehingga suci (berwudhu untuk badan. pent.) adalah syarat sah tawaf.”
***
Referensi:
- Khatibah, Thoyyib Ahmad. Syarah Kitab Al-Jami’ Liahkam Al-’Umroh wal Haj waz Ziyaroh. Diakses dari https://shamela.ws/book/36974/74, pada 05 Maret 2023.
- Fatwa Islamweb. ما يجب على الولي فعله إذا أراد العمرة بالصبي غير المميز. Diakses dari https://www.islamweb.net/ar/fatwa/…., pada 05 Maret 2023.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com