Bismilllah….
Kematian adalah nasehat terbaik untuk menyadarkan kelalaian-kelalaian. Dari kematian kita mendapatkan pesan:
(1) Hidup hanya sebentar.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).
Sufyan As-Tsauri -rahimahullah- berkata,
من بلغ سن رسول الله صلى الله عليه وسلم فليتخذ لنفسه كفنًا، وإن امرأً قد سار ستين حجة إلى منهل من ورده لـقريب
“Siapa yang usianya sudah sampai usia wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, maka siapkanlah kain kafan. Sungguh seorang yang sudah menemui 60 musim haji, maka dia telah dekat dengan sumbernya (tanah/kematian).”
Hasan Al Bashri -rahimahullah- pernah menyampaikan nasehat,
ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك
“Wahai manusia! Sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Ketika satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya)
(2) Kematian adalah misteri.
Tiga hal yang dirahasiakan tentang kematian. Kita tidak tahu tentang:
- Kapan kita mati?
- Dimana kita mati?
- Bagaimana cara Allah mematikan kita?
Allah mengingatkan tentang ini di dalam surat Luqman ayat 34:
إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡأَرۡحَامِۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسٞ مَّاذَا تَكۡسِبُ غَدٗاۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسُۢ بِأَيِّ أَرۡضٖ تَمُوتُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرُۢ
Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannnya besok.Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.
(3) Orang cerdas menurut Nabi shalallahu alaihi wasallam.
Beliau bersabda,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْد الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Orang yang cerdas adalah orang yang memaksa dirinya untuk beramal yang manfaat setelah kematian. Sementara orang yang lemah adalah selalu mengikuti keinginan hawa nafsunya, kemudian dia berharap diampuni Allah. (HR. Ahmad 17588, Turmudzi 2647, Ibnu Majah 4401 dan dishahihkan al-Albani)
Mengingat hidup ini singkat, kematian datang tiba-tiba dan kita perlu bekal untuk hidup bahagia di alam setelah dunia, kita perlu motivasi dan inspirasi untuk dapat menggunakan waktu hidup yang singkat ini untuk melakukan ibadah yang sebaik mungkin, terutama di bulan Ramadhan, bulan yang banyak keberkahan dan kebaikan hidup berkumpul di bulan ini.
Kiat Ibadah yang Berkualitas dari Nabi
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya, dari hadis Abu Ayub al Anshori- radhiyallahu’anhu– bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Mohon beri aku nasehat singkat”. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمَعْ الْإِيَاسَ مِمَّا فِي يَدَيْ النَّاسِ
“Jika kamu shalat, shalatlah seakan-akan shalatmu yang terakhir, lalu jangan pernah mengatakan sesuatu yang membuatmu minta maaf di kemnudian hari dan kumpulkan keputus-asaan kepada apa yang ada di tangan manusia”.
Hadis di atas mengandung tiga nasehat:
Nasehat 1: menjaga sholat dengan menganggap itu shalat terakhir
Nasehat 2: menjaga lisan
Nasehat 3: qona’ah serta menggantungkan hati hanya kepada Allah.
Coba fokus pada nasehat pertama:
Nabi menasehatkan kepada orang yang melakukan shalat untuk merasa bahwa shalatnya adalah sholat terakhir baginya. Karena biasanya:
- Perpisahan akan membuat seorang melakukan yang terbaik.
- Dia akan bersungguh-sungguh melaksanakan sholat itu. Karena dia menyadari ini adalah shalatnya yang terakhir di bumi ini.
Sekarang terapkan nasehat ini pada pertemuan dengan bulan Ramadhan.
Andai ramadhan ini Anda tahu bahwa ia adalah Ramadhan yang terakhir dalam hidup, Anda akan melakukan yang terbaik di ramadhan ini. Anda tak akan menganggapnya biasa, ibadah Anda di Ramadhan ini, tiba-tiba tak seperti di hari biasanya. Anda lebih semangat dan lebih banyak ibadahnya.
Terlalu banyak alasan untuk menjadi orang baik di bulan Ramadhan. Anda tak akan bisa membantahnya: Dibuka pintu surga, ditutup pintu neraka, malam-malamnya adalah pembebasan dari neraka, pahala puasa tanpa batas, bau mulut lebih wangi dari kasturi dst.
Bila Anda ditanya, “Andai Ini Ramadhan Terakhirmu Apa yang akan kamu Lakukan?”
- Bertaubat.
- Bersiap sebaik mungkin.
- Melakukan ibadah dengan cara terbaik. Baik buruk nilai amal ibadah seorang adalah bagaimana keadaan terakhirnya.
- Tidak menyisakan waktu sedikitpun
Lalu silahkan lanjutkan sendiri memilih yang paling prioritas untuk hidup Anda di akhirat kelak.
Sobat remaja yang dimuliakan Allah.
Para Salafus Sholih memberi keteladanan tentang bagaimana bersikap kepada Ramadhan, mereka mengaggap Ramadhan itu sangat serius, mereka berdoa enam bulan sebelumnya agar disampaikan umurnya padda bulan Ramadhan, agar bisa meraup bonus-bonus pahala yang amat besar di bulan ini, kemudian enam bulan sesudahnya mereka berdoa agar Allah menerima ibadah mereka yang telah mereka lakukan di bulan ramadhan. Al-Ma’la bin Fudhoil -rahimahullah- mengatakan
كان السلف يدعون الله ستة أشهر ان يبلغهم رمضان
“Para salaf dahulu berdoa enam bulan sebelum Ramadhan agar usia mereka dipanjangkan sampai bertemu dengan bulan Ramadhan.”
Ingat sobat remaja, bahaya lho menyepelekan bulan Ramadhan!!
Renungkan pesan Nabi shalallahu alaihi wasallam ini:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
“Semoga celaka seseorang yang aku disebut-sebut di sisinya namun ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku.
Semoga celaka seseorang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan lalu berlalu sementara ia belum diampuni dosa-dosanya.
Semoga celaka seseorang yang kedua orang tuanya sudah tua, namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga dengan kebaktiannya.” (HR. Tirmidzi).
Semoga Allah memberi kita taufik dan hidayah agar giat beribadah di bulan Ramadhan dan bulan-bulan berikutnya.
Ditulis di Masjid Pakuwon Mall, Sleman Yogyakarta, 24 Sya’ban 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com