Kita sering mendapati perbedaan pendapat ulama di dalam hukum fikih. Sikap yang tepat terhadap perbedaan pendapat tersebut adalah: memilih salahsatu yang dipandang kuat, berdasarkan pengamatan terhadap dalil yang lebih kuat dari masing-masing pendapat. Namun kemampuan mengamati dalil untuk memilih pendapat fikih ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah memiliki kemampuan keilmuan yang mencukupi, seperti memiliki bekal keilmuan bahasa arab untuk memahami teks dalil, ushul fikih dan kaidah fikih sebagai penyempurna pemahaman terhadap teks dalil, lalu ilmu hafdis untuk mengetahui dalil hadis yang shahih dan yang tidak.
Bagi orang awam, memilih pendapat dengan metode ini tidak mungkin dilakukan. Maka orang awam dapat memilih salahsatu pendapat ulama dengan cara taklid kepada Ustadz yang dia Yakini berilmu. Atau dengan cara memilih pendapat mayoritas. Karena bagi orang awam, pendapat ahli ilmu adalah dalil untuknya, terlebih jika kesimpulan hukum itu bersumber dari pendapat mayoritas ahli ilmu, maka akan potensi kebenarannya lebih besar insyaallah.
Nah, di saat seorang memilih sebuah pendapat ulama, ada sebuah konsekuensi yang harus dia jaga, yaitu berikut ini:
Di dalam kitab Al-Qawa’id Al-Ushuliyyah Wal Fiqhiyyah Al-Muta’alliqoh Bil Muslimin Ghoir Al-Mujtahid (Kaidah-Kaidah Ushul Fikih yang Diperlukan Oleh Orang Muslim Awam), Syaikh Prof. Sa’ad bin Nashir bin Abdulaziz Asy-Syatsri -hafidzohullah- menerangkan:
إذا عمل العامي في حادثة بما أفتاه مجتهد فإنه يلزم هذا العامي العمل بهذه الفتوى والبقاء عليه، وليس له الرجوع عن فتواه إلى فتوى غيره في هذه المسألة ونقل الإجماع على ذلك إلا إذا علم مخالفتها للأدلة الشرعية
Jika kita telah mengamalkan sebuah pendapat fikih yang seorang Ustadz/Ulama, maka dia harus komitmen terhadap pendapat fikih yang dia pilih. Dia dilarang melanggar pendapat fikih yang dia pilih, kecuali jika diketahui ternyata pendapat fikih itu menyelisihi dalil. Dasar prinsip ini adalah ijma’ ulama.
Beliau melanjutkan:
أما إذا لم يعمل العامي بفتوى المجتهد فلا يلزمه العمل بفتواه، إلا إذا ظن أنها حكم الله في المسألة فيجب عليه العمل بهذه الفتوى
Adapun jika kita belum mengamalkan sebuah pendapat fikih Ustadz/Ulama, maka tidak harus komitmen dengan pendapat fikih tersebut. Kecuali jika ada prasangka kuat bahwa pendapat fikih tersebut adalah hukum Allah dalam masalah yang diangkat, di saat seperti itu kita wajib mengamalkan pendapat fikih itu.
Referensi:
As-Syatsri, Sa’ad bin Nashir bin Abdul Aziz (1424H/2003M). Al-Qawa’id Al-Ushuliyyah Wal Fiqhiyyah Al-Muta’alliqoh Bil Muslimin Ghoir Al-Mujtahid. Penerbit Dar Isybilia. Riyadh-Saudi Arabia.
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: RemajaIslam.com