Ketujuh, menjauh dari penyakit-penyakit hati.
Hati berpotensi mengidap banyak penyakit. Dia seperti badan yang juga dapat mengalami sakit. Bahkan penyakit hati berdampak besar terhadap seorang. Penyakit hati seperti hasad, dendam, benci dan yang lainnya. Sikap-sikap buruk tersebut jika merasuk ke dalam hati ia akan merusaknya, jika sampai memenuhi dada, ia akan mempergelapnya. Penyakit ini akan menyebabkan sempitnya hati seorang, serta dapat mengakibatkan hari-harinya buruk, masa depannya gelap.
Adapun orang yang selamat dari penyakit-penyakit hati, bahkan hatinya penuh dengan sikap-sikap sebaliknya seperti amanah, komitmen, jujur dan mementingkan kepentingan orang lain (itsar), maka akan menjadikannya merasakan lapangnya hati, ketentraman dan ketenangan hati.
Kedelapan, meninggalkan aktivitas yang tidak bermanfaat.
Salahsatu sebeb kelapangan hati adalah: menjaga lisan untuk tidak asal bicara atau pembicaraan yang tidak bermmanfaat, kemudian juga menjaga telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik serta menjaga mata dari hal-hal yang tidak baik untuk dilihat.
Karena menyibukkan diri dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, akan membuatnya abai terhadap kegiatan yang amat penting dan bermanfaat, yang sebenarnya akan membuat hidupnya lebih bahagia, sukses dan bermakna, baik di kehidupan dunianya atau akhiratnya, sikap seperti ini akan membuat hidup terasa menghimpit, selalu mengeluh dan susah. Dosa-dosa telinga, mata dan lisan, itulah sebab kegundahan dan kesedihan. Di masa yang akan
datang akan mengalami hidup yang tidak baik, baik di dunia atau di akhirat. Betapa mujarobnya dosa mata, lisan dan telinga mendatangkan kesengsaraan dan keluh kesah.
Oleh karenanya seorang mukmin harus berjuang membersihkan hati dan menghiasnya dengan akhlak-akhlak yang baik, memberikan perhatian terhadap etika, selalu waspada menjaga hati dari penyakit-penyakitnya dan menjauh dari apa saja yang dapat membahayakan hati.
Kesembilan, mengikuti sunah Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- dengan baik.
Mengikuti sunah dan petunjuk Nabi adalah sebab yang paling potensial untuk memperoleh kelapangan hati. Bahkan merupakan kunci pembuka seluruh sebab kelapangan hati lainnya adalah ini. Karena dengan mengikuti sunah Nabi, seorang telah mengikuti manusia yang paling lapang hatinya, paling baik akhlaknya, paling indah sepak terjang hidupnya dan paling suci batinnya.
Allah ta’ala berfirman:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?! (QS. As-Syarh: 1).
Kelapangan dada yang Allah berikan kepada Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- berwujud terkumpulnya seluruh sifat yang baik dan etika-etika yang luhur.
Oleh karenanya semakin banyak upaya seorang mengikuti sunah-sunah Rasulullah -shallallahualaihi wa sallam- maka akan semakin lapang hatinya, tenang pikirannya dan tentram jiwanya.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah- :
“Maksud ayat 1 surat As-Syarh di atas adalah, Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- manusia yang paling sempurna akhlaknya, itu semua diperoleh karena kelapangan hati beliau dan hidupnya ruh beliau. Rasulullah adalah manusia yang paling sempurna kelapangan hati dan kehidupan ruhnya. Ditambah kelapangan dzahir. Dan orang yang paling sempurna dalam mengikuti sunahnya dialah yang paling lapang hatinya, paling Bahagia hatinya. Sehingga sebesar apa upaya seorang dalam mengikuti sunah, sebesar itu pula kadar kelapangan hati yang diperoleh seseorang. Karena Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah manusia yang telah mencapai puncak kesempurnaan kelapangan hati, sosok yang telah mulia martabatnya dan telah diampuni kesalahan-kesalahannya. Umat-umatnya akan mendapatkan nasib yang sama sesuai kadar komitmennya dalam mengikuti sunah Nabi mereka.” (Zadul Ma’ad 2/32-33).
Ya Allah, lapangkan hati kami, mudahkan seluruh urusan hidup kami dan tolonglah kami dalam meniti jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat, mereka adalah para Nabi, para Siddiqin, para Syuhada dan orang-orang shalih. Golongan mereka itulah sebaik-sebaik teman.