Syaikh Prof. Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al-Abbad -hafidzohullah- di dalam buku beliau yang berjudul “Ahadits Ishlah Al-Qulub”” menerangkan ada dua faktor yang membantu seorang Muslim untuk benar-benar selamat dari sifat sombong:
Pertama, pemahaman tentang Allah dan keagungan-Nya.
Mengenali tentang keagungan, kemuliaan, dan kesempurnaan Allah, serta kesombongan-Nya. Memahami bahwa Allah berbuat didasari dengan sifat-sifat keagungan, kesombongan, dan kesempurnaan. Allah adalah Dzat yang Maha Suci, penguasa semesta, kerajaan yang sempurna, kesombongan layak, dan keagungan.
Kesombongan adalah salahsatu sifat Allah yang hanya boleh ada pada diriNya, sesuai dengan keagungan, kemuliaan dan kesempurnaanNya. Sebagaimana diungkapkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nabi kita
قَالَ اللهُ عز وجل : الْكَبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَني وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman,”Sombong itu selendang-Ku, dan keagungan itu pakaian-Ku. Siapa yang menyaingiku dalam salah satu dari dua sifat tersebut, maka Aku akan campakkan dia ke dalam neraka.”
Kedua adalah memahami diri dengan memgetahui proses penciptaannya.
Tentang bagaimana dulu dia ada di dunia ini?
Tentang bagaimana tahap-tahap penciptaannya?
Melihat bagaimana ia dahulu, makhluk yang tak pernah disebut. Lalu Allah menciptakannya dari debu tanah liat, setetes air yang hina, menjadi segumpal darah, embrio, dan berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan mendengar, penglihatan, mempunyai akal, bisa berbuat dan berbicara. Semua berkat karunia dan keagungan Allah ‘azza wa jalla. Jika seseorang memperhatikan tahapan-tahapan ini, ia akan memahami dirinya, Makna inilah yang tercermin dalam firman Allah ta’ala:
قتل الإنسان مَا أَكْفَرَهُ مِن أيّ شَيْءٍ خَلَقَهُ مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ ثُمَّ السَّبِيلَ يَسرَهُ ثم اماته فأقبره ثم إذا شَاءَ أَنشَرَهُ
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?
Dari apakah Allah menciptakannya?
Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.
Kemudian Dia memudahkan jalannya.
kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur
Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. (QS. Abasa: 17-22).