Bismillah…
Seperti yang dikatakan Ibnul Manzhur dalam Lisan al-Arab, ghoddul bashor itu artinya bukan sekadar menutup mata, tetapi ada sesuatu yang lebih mendalam. Menundukkan pandangan itu seperti memutuskan untuk tidak melihat sesuatu yang bisa merusak hati. Ia bukan hanya soal menahan pandangan, tetapi tentang kesadaran bahwa apa yang kita lihat, akan memengaruhi siapa kita.
Dalam kitab Lisan al-Arab (7/196) karya Ibn Manzhur, disebutkan bahwa:
وغَضَّ طَرْفَه وبَصره : كفَّه وخَفَضَه وكسره . وقيل : هو إِذا دانى بين جفونه ونظر
“Ghoddul Bashor (menundukkan pandangan) artinya menahan atau merendahkan pandangan, menghindari pandangan yang tidak seharusnya, dan kadang-kadang dipahami juga sebagai mempersempit pandangan antara kelopak mata.”
Selanjutnya, dalam perspektif syariat, ghoddul bashor mencakup beberapa hal berikut:
1. Menundukkan Pandangan dari Aurat Orang Lain
Seperti yang dijelaskan oleh Syekh al-Islam Ibn Taimiyyah dalam Majmu’ al-Fatawa (15/414):
” والله سبحانه قد أمر فى كتابه بغض البصر وهو نوعان : غض البصر عن العورة . وغضه عن محل الشهوة .
فالأول كغض الرجل بصره عن عورة غيره .
وأما النوع الثاني من النظر كالنظر إلى الزينة الباطنة من المرأة الأجنبية ، فهذا أشد من الأول ، كما أن الخمر أشد من الميتة والدم ولحم الخنزير ، وعلى صاحبها الحد … لأن هذه المحرمات لا تشتهيها النفوس كما تشتهى الخمر
“Allah telah memerintahkan dalam kitab-Nya untuk menundukkan pandangan, yang terdiri dari dua jenis: pertama, menundukkan pandangan dari aurat, dan kedua, menundukkan pandangan dari sesuatu yang bisa menumbuhkan syahwat. Jenis pertama, seperti menundukkan pandangan seorang pria dari aurat orang lain. Sedangkan jenis kedua adalah menundukkan pandangan dari melihat bagian tubuh atau perhiasan tersembunyi dari wanita asing, yang lebih berbahaya dari pada melihat aurat, sebagaimana khamr (alkohol) lebih berbahaya dari pada bangkai, darah, dan daging babi. Hal ini karena nafsu lebih mudah tergoda oleh hal-hal seperti khamr daripada dengan yang lainnya. Hukumannya adalah hukuman yang lebih berat.”
2. Menundukkan Pandangan dari Rumah-Rumah Orang
Menundukkan pandangan juga berlaku untuk rumah-rumah orang lain dan apa yang tertutup oleh pintu-pintu rumah mereka.
Ibn Taimiyyah dalam Majmu’ al-Fatawa (15/379) menjelaskan:
” وكما يتناول غض البصر عن عورة الغير وما أشبهها من النظر إلى المحرمات ، فإنه يتناول الغض عن بيوت الناس ، فبيت الرجل يستر بدنه كما تستره ثيابه ، وقد ذكر سبحانه غض البصر وحفظ الفرج بعد آية الاستئذان ، وذلك أن البيوت سترة كالثياب التى على البدن ”
“Sebagaimana menundukkan pandangan dari aurat orang lain atau hal-hal yang haram, kita juga diwajibkan untuk menundukkan pandangan dari rumah-rumah orang. Sebab, rumah itu seperti pakaian yang menutupi tubuh. Allah berfirman tentang pentingnya menjaga pandangan dan menjaga kehormatan setelah ayat tentang izin masuk rumah. Rumah adalah penutup tubuh sebagaimana pakaian yang menutupi badan.”
Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam Madarij al-Salikin (1/117) juga menambahkan:
ومن النظر الحرام النظر إلى العورات ، وهي قسمان : عورة وراء الثياب . وعورة وراء الأبواب
“Termasuk dalam pandangan yang haram adalah melihat aurat orang lain, yang terbagi dalam dua jenis: aurat yang tersembunyi di balik pakaian dan aurat yang tersembunyi di balik pintu-pintu.”
3. Menundukkan Pandangan dari Kekayaan dan Kesenangan Dunia
Menundukkan pandangan juga berlaku terhadap kekayaan, wanita, anak-anak, dan kenikmatan dunia lainnya yang dimiliki orang lain.
Allah berfirman dalam surat al-Hijr ayat 88:
لاَ تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجاً مِّنْهُمْ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu memandang dengan rasa kagum terhadap apa yang telah Kami nikmati dengan limpahan kepada pasangan-pasangan hidup mereka, dan janganlah kamu bersedih atas mereka, dan rendahkanlah sayapmu (bersikap rendah hati) terhadap orang-orang yang beriman.”
Dalam tafsirnya, Syaikh Ibnu Sa’di menjelaskan (hal. 434):
” أي: لا تعجب إعجابا يحملك على إشغال فكرك بشهوات الدنيا التي تمتع بها المترفون ، واغترَّ بها الجاهلون ، واستغن بما آتاك الله من المثاني والقرآن العظيم
“Jangan biarkan pandanganmu terbuai oleh kesenangan duniawi yang nikmat bagi orang-orang kaya dan mewah, yang disukai oleh orang-orang yang jahil. Memintalah pertolongan kepada Allah dengan apa yang telah diberikan Allah berupa al-Qur’an.”
Syaikh Ibnu Sa’di juga menambahkan (hal. 516):
” أي : لا تمد عينيك معجبا ، ولا تكرر النظر مستحسنا إلى أحوال الدنيا والمُمَتَّعين بها ، من المآكل والمشارب اللذيذة ، والملابس الفاخرة ، والبيوت المزخرفة ، والنساء المجملة ، فإن ذلك كله زهرة الحياة الدنيا ، تبتهج بها نفوس المغترين ، وتأخذ إعجابا بأبصار المعرضين ، ويتمتع بها – بقطع النظر عن الآخرة – القوم الظالمون ، ثم تذهب سريعا ، وتمضي جميعا ، وتقتل محبيها وعشاقها ، فيندمون حيث لا تنفع الندامة ، ويعلمون ما هم عليه إذا قدموا في القيامة ، وإنما جعلها الله فتنة واختبارا ، ليعلم من يقف عندها ويغتر بها ، ومن هو أحسن عملا
“Jangan pandang dengan penuh kekaguman, jangan ulangi pandanganmu terhadap kehidupan duniawi dalam keadaan menganggap kenikmatan dunia itu baik, seperti makanan dan minuman lezat, pakaian mewah, rumah yang indah, dan wanita cantik. Semua itu adalah perhiasan dunia yang akan hilang, dan hanya akan menyisakan penyesalan bagi mereka yang tergoda olehnya. orang-orang yang zalim itu menikmati kehidupan dunia ini—tanpa memperhatikan kehidupan akhirat—kemudian semua itu akan segera berlalu dan hilang. Semua kenikmatan itu akan meninggalkan mereka, membunuh para pecintanya dan pengagumnya. Mereka akan menyesal, namun penyesalan itu tidak ada artinya lagi, dan mereka akan menyadari keadaan mereka ketika mereka berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat. Allah menjadikannya sebagai ujian dan cobaan, untuk mengetahui siapa yang tergoda dan terbuai oleh kehidupan dunia ini, dan siapa yang terbaik amalnya.”
Wallahua’lam bis showab.
Referensi:
- Islamqa (2006). غض البصر. https://islamqa.info/amp/ar/answers/85622
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com