Dengan kebodohan, hati dan ruh menjadi mati. Walau badannya hidup, namun badan tak lebih seperti kuburan yang berjalan.
Allah menyebut kehidupan yang sebenarnya di dunia ini bukan sekedar hidupnya badan, namun hidupnya hati dan ruh oleh ilmu tentang petunjuk-petunjuk dariNya.
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Apakah orang yang sudah MATI kemudian dia KAMI HIDUPKAN dan Kami berikan kepadanya CAHAYA YANG TERANG, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 122)
وَمَا عَلَّمْنَٰهُ ٱلشِّعْرَ وَمَا يَنۢبَغِى لَهُۥٓ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْءَانٌ مُّبِينٌ
“Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan bacaan yang memberi penerangan.”
لِّيُنذِرَ مَن كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ ٱلْقَوْلُ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ
“Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang YANG HIDUP dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” (QS. Yasin: 69-70)
Jika hidup sekedar hidupnya badan, maka tak ada beda antara manusia dan semua yang hidup di bumi ini, termasuk di dalamnya hewan. Hidupnya hewan cukup dengan makan dan minum. Maka jangan sampai hidup kita hanya oleh makan dan minum, untuk sampai kepada martabat yang membuat kita berada pada kedudukan yang mulia sebagai manusia; makhluk Allah yang dimuliakan, yang membuatnya beda dengan hewan.
Hiduplah oleh ilmu dan iman, dengannya hidupkan hati dan ruh.
Allah menyebut orang yang tak bisa menerima ilmu itu sebagai mayit:
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ ٱلْمَوْتَىٰ وَلَا تُسْمِعُ ٱلصُّمَّ ٱلدُّعَآءَ إِذَا وَلَّوْا۟ مُدْبِرِينَ
“Sesungguhnya kamu ya Muhammad tidak dapat menjadikan orang-orang YANG MATI mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.” (QS: An-Mal: 80)
Mayit adalah penghuni kuburan.
Ruh dan hatinya telah mati sebelum badannya mati. Sehingga badannya bukan menjadi rumah yang nyaman untuk ruh dan hatinya, namun menjadi kuburan untuk ruh dan hati yang telah menjadi mayit.
Mereka dipermisalkan seperti penghuni kubur yang tak lagi bisa mendengar panggilan orang yang masih hidup. Tak lagi bisa menyadari dan tergerak oleh panggilan orang yang masih hidup. Seperti itulah hati dan ruh yang sudah mati, tak lagi bisa mendengar, menyadari dan tergerak oleh sentuhan-sentuhan iman dan ilmu.
Semoga Allah menjadikan kita hidup dengan kehidupan yang sesungguhnya.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com