Bismillah….
Tingkatan pertama: Mendirikan seluruh malam dengan shalat, yaitu mengisi semua waktu malam dengan ibadah.
Tingkatan kedua: Mendirikan sebagian besar malam, terutama sejak awal hingga pertengahan malam.
Tingkatan ketiga: Mendirikan sebagian malam, yaitu mulai dari pertengahan malam hingga akhirnya.
Tingkatan keempat: Mendirikan shalat hanya pada akhir malam setelah shalat Isya.
Dari keempat tingkatan di atas, tingkatan dalam menghidupkan malam Lailatul Qadar, yang paling utama adalah:
- Tingkatan pertama
- Kemudian tingkatan kedua
- Lalu tingkatan ketiga
- Kemudian tingkatan keempat
Tingkatan yang paling sempurna adalah menghidupkan seluruh malam pada sepuluh malam terakhir, karena di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar. Amalan yang dianjurkan di antaranya adalah:
- Mendirikan shalat malam,
- Membaca Al-Qur’an,
- Berdoa,
- Beri’tikaf di masjid.
Baca juga: Bolehkah I’tikaf Ramadhan Hanya Di Malam Harinya?
Jika seseorang tidak mampu menghidupkan seluruh malam, maka dianjurkan untuk menghidupkan awal malam dan akhirnya.
- Ia bisa mengerjakan shalat, berdoa, dan berdzikir pada awal malam.
- Kemudian ia tidur untuk mengistirahatkan dirinya.
- Setelah itu, ia bangun kembali untuk menghidupkan akhir malam.
Namun, jika seseorang tidak mampu melakukannya di awal dan di akhir malam, maka mendirikan shalat di akhir malam lebih utama, karena pahala shalat di waktu tersebut lebih besar dibandingkan shalat di awal malam.
Itulah tingkatan-tingkatan yang dianjurkan dikerjakan oleh seorang dalam upayanya mencari pahala di malam Lailatul Qodr. Sebuah malam kemuliaan yang Nabi kabarkan akan terjadi di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir Ramadan.”
Lailatul Qadar adalah satu malam yang berpindah-pindah di antara malam-malam ganjil dalam sepuluh malam terakhir.
- Dalam satu tahun, bisa terjadi pada malam ke-21.
- Di tahun lain, bisa terjadi pada malam ke-23.
- Dan seterusnya.
Oleh karena itu, seorang hamba dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam menghidupkan seluruh malam-malam tersebut.
Siapa yang menghidupkan seluruh sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan dengan ibadah, maka bisa dipastikan ia telah mendapatkan keutamaan atau keberkahan dari Lailatul Qadar.
Ia hanyalah “sepuluh malam” dari 360 malam sepanjang tahunnya. Dan seorang tidaklah tahu jika tahun ini ia dapat menjumpainya dalam keadaan sehat, apakah ia akan dapat bertemu dengannya di tahun berikutnya dalam keadaan yang sama sehatnya atau sakit, atau bahkan tidak dapat menghidupkan malam itu sama sekali. Oleh sebab itu, para ulama salaf bersungguh-sungguh menghidupkan sepuluh malam terakhir untuk memastikan bahwa mereka tidak melewatkan keutamaannya.
Maka, hendaknya setiap muslim berusaha menghidupkan malam-malam ini sesuai dengan kemampuannya. Semakin banyak ia menghidupkan malam tersebut dengan ibadah terutama shalat, semakin besar pula pahala dan keutamaannya.
Sumber:
Al-‘Ushoimi, Sholih. Fi Rihabi Lailatil Qodr.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com