Bismillah…
Seusai kami mengisi bedah buku kami yang berjudul “Bekal I’tikaf Untuk Meraih Lailatul Qadar” di Islamic Center Masjid Al-Muttaqin (ICMA), Sawangan, Magelang, ada beberapa jamaah datang kepada bertanya:
“jika di siang hari masih kerja, apakah boleh beri’tikaf di sepuluh hari akhir ramadhan hanya di malam harinya”?
Berikut jawabannya:
Tentu saja boleh, karena memang alasan yang mendasari disunnahkannya i’tikaf di sepuluh hari terakhir ramadhan adalah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar. Oleh karenanya bagi yang ingin beri’tikaf sepuluh hari akhir ramadhan, ia diperintahkan oleh syariat untuk masuk ke masjid menjelang maghrib di hari ke 20 Ramadhan. Agar ia bisa menghidupkan malam ke 21 yang merupakan malam yang ganjil, malam ganjil adalah malam yang sangat potensial terjadi Lailatul Qadar. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qodar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan” (HR. Bukhari).
Di samping itu, dalam sepuluh hari terakhir ramadhan, waktu yang mulianya adalah malam harinya. Karena disitulah Lailatul Qadar berada. Allah ta’ala telah bersumpah dengan malam-malam mulia tersebut,
وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi sepuluh malam.” (QS. Al-Fajr: 2)
Yaitu sepuluh malam akhir ramadhan (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir)
Namun, jika seorang beri’tikaf full sepuluh hari akhir ramadhan, siang dan malamnya, itu akan lebih afdol. Karena demikianlah i’tikaf ramadhan yang dilakukan Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-. Dan akan menjadikan seorang lebih fokus di sepuluh hari yang mulia ini.
Wallahua’lam bis showab.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com