Waktumu adalah Umurmu
Coba bayangkan jika hari ini adalah sisa waktumu yang terakhir di dunia. Apa yang akan kamu lakukan? Masihkah sibuk scroll media sosial tanpa arah? Atau mulai menyadari bahwa waktumu adalah umurmu, yang menentukan bekalmu untuk akhirat?
Sayangnya, di zaman ini, banyak orang yang justru menjadikan “menghabiskan waktu” sebagai sebuah kebiasaan yang dianggap wajar. Ada yang berjam-jam sibuk scroll media sosial, menonton tontonan yang tak ada habisnya, atau nongkrong tanpa arah. Ketika ditanya, mereka sering berkata ringan, “Cuma buat bunuh waktu.” Padahal bukankah waktu itu hidup kita? Bukankah setiap detik yang hilang tak akan kembali?
Dalil Al-Qur’an Tentang Pentingnya Waktu
Allah ﷻ sudah mengingatkan betapa singkatnya kehidupan dunia. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Kamu tidak tinggal (di dunia) melainkan sebentar saja, kalau kamu benar-benar mengetahui.” (QS. Al-Mu’minun: 114)
Kalau kita lalai, kita akan terperangkap dalam anggapan bahwa hidup ini masih panjang, padahal tak seorang pun tahu kapan ajal menjemput. Orang yang lupa bahwa waktumu adalah umurmu akan menukar umurnya dengan kesia-siaan, padahal umur adalah aset paling berharga untuk menyiapkan akhirat.
Hadis Shahih Tentang Waktu dan Umur
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa ada dua nikmat besar yang sering membuat manusia tertipu: kesehatan dan waktu luang.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Al-Bukhari no. 6412)
Kesehatan memberi kita tenaga, dan waktu luang memberi kita kesempatan. Namun sayangnya, dua hal ini justru sering dihabiskan untuk perkara yang tidak bermanfaat. Ketika sehat, banyak orang lebih suka bermalas-malasan. Ketika punya waktu luang, justru sibuk dengan hal-hal remeh yang membuat lupa tujuan hidup.
Bahaya Menyia-nyiakan Waktu
Padahal, para ulama selalu menekankan bahwa waktumu adalah umurmu. Harta bisa dicari kembali, tenaga bisa dipulihkan, tapi waktu yang lewat tak pernah bisa diulang. Ibnu Qayyim رحمه الله bahkan mengatakan:
إضاعة الوقت أشد من الموت، لأن إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموت يقطعك عن الدنيا وأهلها
“Menyia-nyiakan waktu lebih buruk daripada kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutusmu dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian hanya memutusmu dari dunia dan penduduknya.” (Al-Fawâid, hlm. 31)
Betapa dalam ucapan ini. Artinya, orang yang menyia-nyiakan waktu sama saja sedang memutus dirinya dari jalan menuju Allah. Ia sibuk di dunia, tapi lupa menyiapkan bekal untuk kehidupan yang sebenarnya.
Contoh Nyata Kehidupan: Menunda Tobat dan Lalai Waktu
Mari kita lihat contoh nyata. Ada orang yang tenggelam dalam kebiasaan buru; entah dosa kecil atau besar. Dalam hatinya ada niat untuk tobat, tapi selalu berkata: “Nanti saja, masih ada waktu.” Ia berandai-andai akan berubah besok, lusa, atau setelah tua. Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa esok hari masih ada? Seringkali maut datang lebih cepat daripada niat yang ditunda.
Allah ﷻ memperingatkan dalam Al-Qur’an:
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling ke belakang (kafir kembali) setelah petunjuk jelas bagi mereka, setan telah membujuk mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.” (QS. Muhammad: 25)
Setan membuat manusia terlena dengan angan-angan panjang, sehingga ia merasa masih punya banyak waktu. Padahal, waktumu adalah umurmu. Begitu umur berakhir, semua penyesalan tak lagi berguna.
Baca ini juga yuk agar dapat teladan tentang menghargai waktu:
Inspirasi dari Para Ulama Tentang Menghargai Waktu
Ada pula orang yang jatuh ke dalam dua ekstrem. Pertama, merasa terlalu aman dari azab Allah karena yakin Allah Maha Pengampun, sehingga ia santai menyia-nyiakan waktu. Kedua, merasa terlalu putus asa karena dosa yang menumpuk, hingga ia berhenti berusaha memperbaiki diri. Dua-duanya sama-sama salah, dan berawal dari kelalaian dalam memandang waktu.
Cara Memanfaatkan Waktu Menurut Islam
Islam datang dengan solusi yang jelas agar manusia tidak tertipu waktu. Nabi ﷺ bersabda:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.”
(HR. Al-Hakim, no. 7846. Dishahihkan Al-Albani)
Pesan ini jelas: jangan tunggu kesempatan itu hilang. Gunakan mudamu sebelum renta, kesehatanmu sebelum sakit, dan waktu luangmu sebelum kesibukan menenggelamkanmu.
Selain itu, Nabi ﷺ juga mengajarkan agar kita bersemangat mengejar kebaikan dan tidak lemah:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersemangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, dan jangan lemah.”
(HR. Muslim no. 2664)
Cara praktisnya:
- Isi waktu dengan amal yang bermanfaat. Bukan berarti harus selalu hal besar, tapi biasakan mengisi waktu dengan belajar, berzikir, atau membantu sesama.
- Perbanyak mengingat mati. Nabi ﷺ bersabda:
أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan (kematian).”
(HR. At-Tirmidzi no. 2307, hasan sahih)Ingat mati membuat kita sadar bahwa umur terbatas, sehingga waktu harus dijaga.
- Cari teman yang baik. Allah ﷻ berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari demi mengharap ridha-Nya. Janganlah matamu berpaling dari mereka karena menginginkan perhiasan dunia.”
(QS. Al-Kahfi: 28)Teman yang baik akan menolong kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu.
- Belajar dari generasi salaf. Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله berkata:
“Aku pernah menemui kaum yang mereka lebih pelit terhadap waktunya daripada terhadap dinar dan dirhamnya.”Mereka benar-benar sadar bahwa waktumu adalah umurmu, sehingga tidak rela membuangnya untuk hal yang sia-sia.
Waktumu Adalah Umurmu, Jangan Sia-siakan
Pada akhirnya, waktu adalah nikmat terbesar sekaligus ujian terbesar. Setiap detik yang berjalan adalah bagian dari umur kita yang hilang. Ingatlah selalu, waktumu adalah umurmu. Jika kamu menggunakannya dengan bijak, umurmu akan penuh makna. Tapi jika kamu menyia-nyiakannya, umurmu akan habis dalam penyesalan.
Nabi ﷺ menutup pesan ini dengan peringatan yang sangat serius:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَومَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada Hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2417, hasan sahih)
Ingatlah, di hadapan Allah, bukan harta atau status yang pertama kali ditanya, tapi umur; waktu yang sudah kamu habiskan. Maka, gunakanlah sebaik-baiknya. Karena umurmu adalah cerita hidupmu, dan waktu adalah tinta yang menuliskannya. Jangan sia-siakan, sebab waktumu adalah umurmu.
Wallahul muwaffiq.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com