#Serial Kisah Pemuda Generasi Sahabat
Ali bin Abi Tholib -radhiyallahu’anhu-, pemuda sahabat yang umurya belum sampai sepuluh tahun saat Nabi Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam- diutus. Pemuda belia ini tanpa pikir panjang langsung menerima Islam, saat Nabi mengajaknya. Sehingga dia menjadi orang pertama yang masuk Islam (setelah istri Nabi; Khadijah -radhiyallahu’anha-). Sebagaimana keterangan dari banyak ulama. Ini indah dan keren banget sobat.
Imam Al-Baghowi -rahimahullah- berkata,
واختلفوا في أول من آمن برسول الله صلى الله عليه وسلم بعد امرأته مع اتفاقهم على أنها أول من آمن برسول الله صلى الله عليه وسلم. فقال بعضهم: أول من آمن وصلى علي بن أبي طالب رضي الله عنه وهو قول جابر وبه قال مجاهد وابن إسحاق أسلم وهو ابن عشر سنين. وقال بعضهم: أول من آمن بعد خديجة أبو بكر الصديق رضي الله عنه وهو قول ابن عباس وإبراهيم النخعي والشعبي. وقال بعضهم: أول من أسلم زيد بن حارثة وهو قول الزهري وعروة وابن الزبير، وكان إسحاق بن إبراهيم الخنظلي يجمع بين هذه الأقوال فيقول: أول من أسلم من الرجال أبو بكر الصديق رضي الله عنه ومن النساء خديجة، ومن الصبيان علي بن أبي طالب رضي الله عنه، ومن العبيد زيد بن حارثة
“Ada perbedaan pendapat ulama tentang siapa orang yang pertama masuk Islam, setelah semua bersepakat bahwa istri Nabi yakni Khadijah adalah yang pertama masuk Islam.
Ada yang menyimpulkan bahwa Ali bin Abi Tholib -radhiyallahu’anhu- adalah orang pertama yang masuk Islam. Diantara yang memegang pandangan ini adalah sahabat Jabir, Mujahid dan Ishaq. Ali masuk Islam di umurnya sepuluh tahun.
Sebagian lain ada yang berpendapat, orang yang pertama masuk Islam setelah Khadijah adalah Abu Bakr As-Shiddiq -radhiyallahu’anhu-. Pernyataan ini dipegang oleh Ibnu Abbad, Ibrahim An-Nakho’i dan As-Sya’bi.
Lalu Ishaq bin Ibrahim Al-Khandholi mengkompromikan seluruh pendapat para ulama dalam hal ini, kemudian beliau menyimpulkan, “Orang yang pertama masuk Islam dari kalangan orang dewasa adalah Abu Bakr As-Shidiq -radhiyallahu’anhu-. Lalu dari kalangan perempuan adalah Khadijah. Dari Kalangan pemuda adalah Ali bin Abi Tholib radhiyallahu’anhu. Kemudian dari kalangan hamba sahaya adalah Zaid bin Haritsah. (Akidah Ahlussunnah Wal Jamaa’ah fis Shohabah Al-Kirom 1/134)
Pemuda ini bernyali besar, akalnya sangat matang. Dia tidak minder untuk maju kepada Nabi menyatakan keislaman. Dia tidak melemahkan diri kemudian mengatakan, “Siapa saya, anak baru kemarin sore berani – beraninya maju mendahului orang – orang senior dan sepuh untuk masuk Islam.”
Ini karakter yang bagus teman – teman, anak muda jangan minderan. Kekuatan semangat dan akal kalian, membuat kalian sebenarnya layak berkarya, menjadi yang terdepan, pejuang dan pahlawan kebaikan.
Anak muda ini juga tidak takut dengan cibiran teman – temannya karena menganut keyakinan yang beda dari yang lain. Dia tidak juga khawatir dengan ancaman masyarakatnya, karena berani keluar dari keyakinan yang turun menurun. Dia hanya ingin mengekspresikan dirinya dengan merdeka.
Mengkhawatirkan omongan orang hanya akan membuat hidup ini sempit dan terkurung.
Sederhana saja alasannya, beliau tahu ini kebenaran ya beliau terima, Selama itu benar, dia pegang dengan kokoh. Langkahnya tenang berjalan ke depan.
Yang disembah oleh masyarakatnya adalah tuhan yang batil, sangat tidak logis, patung, pohon, batu, dijadikan tuhan?!!
Yang menolong diri mereka sendiri saja tidak bisa, batu saat dipahat menjadi berhala, menahan pahatan tukang batu saat menjadikkannya sebagai patung saja tidak bisa, kok bisa diyakini sebagai tuhan?!
Ini inspiratif banget teman – teman, hidayah itu terbuka lebar untuk anak – anak muda. Bahkan kebanyakan sahabat Nabi -shallallahu’aaihi wa sallam- adalah anak – anak muda. Saya jadi teringat pesan Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- saat menafsirkan ayat tentang Ashabul Kahfi,
فذكر تعالى أنهم فتية وهم أقبل للحق، وأهدى للسبيل من الشيوخ، الذين قد عتوا وانغمسوا في دين الباطل، ولهذا كان أكثرهم المستجبين لله ولرسوله صلى الله عليه وسلم شبابا
“Allah menyebutkan Ashabul Kahfi adalah anak – anak muda. Anak muda itu lebih mudah menerima kebenaran dan lebih dekat dengan hidayah daripada orang – orang tua, yang telah tenggelam dalam agama yang batil. Oleh karenya kebanyakan orang – orang yang menerima kebenaran dari Allah dan dakwahnya Rasulullah – shallallahu’alaihi wa sallam- adalah anak – anak muda.” (Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir 1/465)
Cukuplah sebagai kebanggan untuk Ali bin Abi Tholib, saat menjadi anak muda pertama yang masuk Islam. Semoga Allah meridhoi beliau dan seluruh sahabat.
@ Kampung Santri Jogjakarta, 06 Rabiul Tsani 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel RemajaIslam.Com