Kami mencatat sebuah pelajaran yang amat berharga tentang makna zuhud dan wara’ dalam perjalan umrah kami pada bulan Shofar 1443/Februari 2023 lalu. Tepatnya pada tanggal 19 Shofar 1443 atau 15 Februari 2023 di masjid Nabawi kami menghadiri kajian membahas kitab “Mukhtashor Sahih Muslim” karya Imam Mundziri, yang disampaikan oleh guru kami; Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq Al-Badr -hafidzohullah.
Di dalam kajian tersebut, beliau menjelaskan tentang makna zuhud dan wara’. Kata beliau a zuhud adalah
ترك ما لاينفع في الآخرة
“meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat.”
Baik itu dalam bentuk perbuatan, ucapan, benda, makanan, minuman, maupun kegiatan.
Sementara itu, wara’ adalah
ترك ما يخشى ضرره في الآخرة
“meninggalkan segala sesuatu yang dikhawatirkan membahayakan di akhirat”
Seperti hal-hal haram atau berstatus syubhat (meragukan kehalalan dan keharamannya). Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, disebutkan bahwa
إِنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاس، فَمَنِ اتَّقَى
الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرأَ لِدِيْنِهِ وعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِيْ الحَرَامِ
“Perkara halal dan haram telah tersurat dengan jelas. Namun di antara keduanya, terdapat hal-hal yang ambigu, yang disebut sebagai perkara syubhat. Pengetahuan akan hal ini tidak dimiliki oleh banyak orang. Siapa yang berhati-hati dan menjauhi hal-hal yang ambigu tersebut, dia telah menjaga agama dan martabatnya. Namun, siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, dia telah tergelincir ke dalam hal yang haram.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dari penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa:
- Hakikat zuhud adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat di akhirat.
- Hakikat wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang dikhawatirkan membahayakan di akhirat.
Dua hal pengertian ini hampir mendekati, perbedaan antar keduanya amat tipis. Namun tentu saja ada batas yang membedakan keduanya. Bila kita perhatikan, sikap zuhud lebih tinggi daripada sikap wara’. Karena orang yang zuhud kehati-hatian dan kewaspadaannya terhadap akhirat lebih tinggi daripada orang yang wara’. Bila orang yang wara’ berusaha menghindari hal-hal yang membahayakan di akhirat, yaitu perkara-perkara haram dan syubhat, maka orang zuhud kewaspadaannya bukan hanya pada perkara yang haram dan syubhat, bahkan sudah sampai kepada perkara-perkara yang mubah yang dia yakini tidak akan bermanfaat baginya di akhirat.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang zuhud dan waro’.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com