Bismillah…
Konsep yang benar tentang rizki terangkum di dalam hadis dari sahabat Abdullah bin Abbas -radhiyallahu’anhuma-, Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda:
إنَّه لا تَموتُ نفسٌ حتى تسْتكمِلَ رِزْقَهَا وإنْ أبطأَ عليهَا ، فاتَّقُوا اللهَ ؛ وأجْمِلُوا في الطَّلَبِ ، ولا يحْمِلَنَّكم اسْتِبْطاءُ الرِّزقِ أن تَأخذُوهُ بِمعصيةِ اللهِ ، فإنَّ اللهَ لا يُنالُ ما عِندَه إلا بِطاعتِه
“Sungguh seorang tidak akan meninggal dunia sebelum disempurnakan rizkinya. Jika rizki itu datang melambat, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah caramu dalam mencari rizki. Jangan sampai lambatnya rizki membuatmu mencarinya dengan cara yang bertentangan dengan ketaatan kepada Allah. Karena karunia di sisi Allah tidak dapat diperoleh kecuali dengan taat kepadaNya.” (HR. Ibnu Majah dan Thabrani, dinilai Hasan Shaih oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih At-Targhib)
Penjelasan hadis:
إنَّه لا تَموتُ نفسٌ حتى تسْتكمِلَ رِزْقَهَا
“Sungguh seorang tidak akan meninggal dunia sebelum disempurnakan rizkinya.”
Maksudnya adalah rizki yang telah Allah tetapkan melalui pencatatan malaikat saat seorang manusia berada di dalam rahim Ibunya. Sehingga ini menunjukkan bahwa tidak ada alasan untuk khawatir, lelah, cemas, atau usaha yang berlebihan, kecuali jika kita ragu dengan janji-Nya. Dan begitu juga dengan rezeki kita, karenaAllah ta’ala telah membagi dan menetapkan rezeki bagi setiap manusia sesuai dengan ilmu, keadilan, kehendak dan rahmatNya. Tak ada yang bisa mendahului atau tertinggal, tidak ada yang ditambahkan atau dikurangi, pembagian rizki itu telah ditetapkan sesuai dengan Ilmu Allah yang azali dan sempurna.
Oleh karena itu saat Hakim bin Hizam ditanya tentang rizki, beliau menjawab:
إن قسم فلا تعجل، وإن لم يقسم فلا تتعب
“Jika telah ditetapkan oleh Allah, maka jangan terburu-buru ingin mendapatkan. namun jika belum ditetapkan, maka janganlah terlalu bersusah payah.” (Faidhul Qodir, Al Munawi)
***
وإنْ أبطأَ عليهَا ، فاتَّقُوا اللهَ
“Jika rizki itu datang melambat, maka bertakwalah kepada Allah..”
Maksudnya, jika rizki itu datang melambat, maka percayalah kepada jaminan Allah, bahwa Allah telah mengatur pembagian rizki. Dan jangan sampai takwa tidak hadir di dalam setiap jengkal ikhtiyarmu dalam mencari rizki. Carilah dengan cara yang halal, jangan pernah berkompromi dengan dosa dan maksiat untuk mendapatkan rizki, meskipun nilai dunia mahal.
***
وأجْمِلُوا في الطَّلَبِ
“dan perbaguslah caramu dalam mencari rizki..”
Maknanya, carilah rizki itu dengan cara yang baik kemudian juga halal, tanpa harus lelah yang berlebihan, tergesa-gesa atau keserakahan. Jauhi cara-cara yang haram. Cara yang baik di sini selain kehalalan juga mencakup langkah-langkah yang profesional, usaha yang efektif dalam memperoleh rizki.
Kami nukilkan keterangan menarik dari Al-Mausu’ah Al-Haditsiyyah (Ensiklopedi Hadis) dari Ad-Duror As-Saniyyah tentang penjelasan kalimat ini:
اسْعَوْا في طلَبِ الدُّنيا باعتدالٍ دُونَ إفراطٍ أو تَفريطٍ، واطْلُبوا الحَلالَ برِفْقٍ؛ لأنَّ الرِّفْقَ لمْ يكُنْ في شَيءٍ قَطُّ إلَّا زَانَه، ولَا مُنِعَ من شَيءٍ إلَّا شانَه، فطَلَبُ الرِّزْقِ برِفْقٍ أجْمَلُ من طَلَبِه بِعُنْفٍ، واتْرُكوا أخْذَ الحرامِ،
“Berusahalah mencari penghidupan di dunia dengan penuh keseimbangan, tanpa berlebihan atau kurang, dan carilah rezeki yang halal dengan lembut. Karena tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu melainkan akan memperburuknya. Mencari rezeki dengan sikap yang lembut itu lebih baik daripada mencarinya dengan paksaan dan kasar. Lalu jauhi mengambil harta-harta yang haram.”
***
ولا يحْمِلَنَّكم اسْتِبْطاءُ الرِّزقِ أن تَأخذُوهُ بِمعصيةِ اللهِ
“Jangan sampai lambatnya rizki membuatmu mencarinya dengan cara yang bertentangan dengan ketaatan kepada Allah.”
Maknanya adalah, terkadang rizki datang tidak segera di saat seorang sedang membutuhkan. Namun semuanya telah Allah tetapkan. Sehingga datangnya rizki tidak akan pernah terlambat dari waktu yang telah tetapkan. Namun seringkali manusia itu suka tergesa-gesa, ingin segera mendapat rizki sebelum waktu yang Allah takdirkan. Allah ta’ala mengabarkan karakteristik manusia yang seperti ini di dalam firmanNya:
وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا
“Manusia itu suka tergesa-gesa.” (QS. Al Isra’: 11)
Jika menemui keadaan yang seperti ini, jagan sampai ia terpancing untuk mendapatkan rizki dengan cara-cara pintas yang haram.
فإنَّ اللهَ لا يُنالُ ما عِندَه إلا بِطاعتِه
“Karena karunia di sisi Allah tidak dapat diperoleh kecuali dengan taat kepadaNya.”
Maknanya adalah, rizki dunia dan akhirat yang Allah berkahi dan Allah ridhoi, tidak akan diperoleh kecuali dengan bertakwa kepadaNya. Ini menunjukkan adanya korelasi antara rizki ketakwaan kepada Allah, sebagaimana juga disinggung di dalam Al-Quran:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Wallahua’lam bis showab.
Referensi:
- Al-Munawi, Muhammad bin Abdur Rouf. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami’ As-Shoghir.
- Ad-Duror As-Saniyyah. Al-Mausu’ah Al-Haditsiyyah, diakses dari: https://dorar.net/hadith/sharh/113915.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com