Bismillah…
Kita akan mendulang hikmah dari hadis ini untuk mengetahui tentang kenikmatan surga.
Dari sahabat Jabir bin Abdillah -radhiyallahu’anhu-, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
يأكل أهل الجنة فيها، ويشربون، ولا يتغوطون، ولا يمتخطون، ولا يبولون، ولكن طعامهم ذلك جشاء كرشح المسك، يلهمون التسبيح، والتكبير، كما تلهمون النفس
“Penghuni surga makan dan minum namun tidak mengeluarkan ingus dan tidak mengeluarkan kotoran besar dan tidak pula kencing, makanan mereka menjadi sendawa (dan keringat) baunya seperti bau minyak kesturi. Nafas mereka adalah tasbih dan takbir, layaknya manusia bernafas di dunia.” (HR. Muslim, no. 2835)
Hadis yang mulia ini mengandung sejumlah pelajaran berikut tentang kenikmatan surga:
Penduduk surga makan dan minum
Hadis ini menunjukkan bahwa penduduk surga makan dan minum. Karena makan dan minum termasuk kelezatan yang sangat nikmat dirasakan oleh penduduk di dunia, maka penduduk surga juga akan merasakan kelezatan ini dengan hakikat yang lebih lezat dan sempurna. Memang banyak nikmat-nikmat surga diterangkan oleh dalil dengan pendekatan nikmat-nikmat dunia, seperti makan minum, nikah, wewangian, perhiasan dll. Namun dalam hal hakikat dan sifat tentu berbeda. Sama dalam hal jenis, namun berbeda dalam hal kualitas dan hakikat. Sebagaimana diterangkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas -radhiyallahu’anhuma-,
ليس في الجنَّة شيءٌ ممَّا في الدُّنيا إلا الأسماء
“Tak ada kenikmatan surga yang ada juga di dunia, kecuali hanya sekedar penamaan.” (Riwayat Al-Baihaqi, dinilai shahih bersumber dari Abdullah bin Abbas oleh Syaikh Al-Albani)
Imam Al-Munawi menerangkan:
ليس في الجنة شيء مما في الدنيا إلا الأسماء ـ وأما المسميات فبينها من التفاوت ما لا يعلمه البشر، فمطاعم الجنة ومناكحها وسائر أحوالها إنما يشارك نظائرها الدنيوية في بعض الصفات والاعتبارات، وتسمى بأسمائها على منهج الاستعارة والتمثيل ولا يشاركها في تمام حقيقتها.
“Tidak ada sesuatu di surga yang serupa dengan yang di dunia kecuali nama-namanya. Adapun wujud yang dinamai tersebut, terdapat perbedaan yang tidak diketahui manusia. Makanan, pernikahan, dan semua keadaan di surga hanya memiliki kesamaan dengan keadaan dunia dalam beberapa sifat dan penamaan saja. Disebut dengan nama yang sama dengan cara metafora dan perumpamaan, namun tidak sama dalam hal hakikatnya.” (Faidhul Qodir 5/373, Darul Ma’rifah, Beirut 1391H/1972M).
Diantara perbedaan hakikat makan dan minumnya penduduk surga dengan penduduk dunia yang diterangkan oleh dalil adalah, mereka tidak akan pernah merasakan lapar. Sebagaimana firman Allah kepada Adam dan Hawa’ saat beliau berdua berada di surga:
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَىٰ
“Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang.” (QS. Thaha: 118)
Sehingga makan dan minumnya penduduk surga bukan disebabkan karena mereka lapar. Termasuk juga nikmat-nikmat surga lainnya seperti pakaian dari sutra dan yang lainnya bukan karena mereka kekurangan pakaian, perhiasan-perhiasan bukan karena mereka dalam kekurangan diri.
Berlanjut insyaallah dalam tulisan “Di Surga Tak Ada Kotoran“.
Referensi:
- ِِAl-Munawi, Zainuddin Muhammad Abdurrouf. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami’ As-Shoghir. Darul Ma’rifah, Beirut 1391H/1972M.
- As-Sabt, Kholid bin Utsman. حديث «يأكل أهل الجنة فيها..»، «أعددت لعبادي الصالحين ما لا عين رأت..». Retaived form: https://khaledalsabt.com/explanations/3061/…
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com