Kaidah 1: Tauhid rububiyyah tidak cukup memasukkan seorang ke surga.
Ada 3 macam tauhid:
- Tauhid rububiyyah : mentauhidkan Allah pada perbuatan – perbuatanNya. Seperti mencipta, memberi rizki, menghidupkan, mematikan dll. Tauhid ini disebut penyebab asal adanya dua macam tauhid selanjutnya.
- Tauhid uluhiyyah : mentauhidkan Allah melalui perbuatan kita seagai hamba, yaitu dengan menyembah Allah semata, tidak menjadikan selain Allah sebagai sekutu.
- Tauhid asma’ wa shifat : menetapkan seluruh nama dan sifat Allah, tanpa mempermisalkannya dengan sifat makhluk atau menanyakan bagaimananya.
Meyakini tauhid rububiyah saja tidak cukup untuk menjadi seorang muslim. Karena:
-
Kaum jahiliyah meyakini ini.
Fitrah mereka meyakini itu.
Allah ta’ala mengabarkan dalam Al-Quran,
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ
Jika kamu bertanya kepada kaum quraisy jahiliyah itu, “Siapa yang menciptakan mereka?” Dengan penih yakin mereka menjawab, Allah! Lantas bagaimana bisa mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)? (Surat Az-Zukhruf: 87)
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
Sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Surat Luqman: 25)
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِ مَوۡتِهَا لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ
Jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu dihidupkannya Bumi yang sudah mati?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti. (Surat Al-Ankabut: 63)
قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن يَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَمَن يُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُۚ فَقُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (Surat Yunus: 31)
-
Iblispun meyakini ini.
Dia meyakini penciptanya adalah Allah. Di saat Allah perintahkan dia memberikan sujud penghormatan kepada Adam, dia berkata,
قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ
(Iblis) berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Surat Shad: 76)
Namun apakah Abu Lahab, Abu Jahl dkk, serta Iblis adalah orang yang bertauhid? Karena mereka yakin Allah itu pencipta?!
Kan tidak!!
Sehingga puncak dari 3 macam tahid ini adalah tauhid uluhiyyah. Rububiyah dan Tauhid Asma’ Wasifat adalah sarana menyembah Allah, itulah Tauhid Uluhiyyah.
Idealnya, setelah seorang meyakini rububiyah Allah dan kesempurnaan nama dan sifat Allah, akan menuntunnya menyembah hanya kepada Allah. Karena berhenti bertauhid di tauhid rububiyah saja, sangat tidak rasional. Ketidak rasionalan itu setidaknya dapat dilihat dari dua sisi :
- Setelah tahu pencipta semesta, pengatur dirinya dan seluruh makhluk, mestinya keyakinan itu memunculkan pengagungan dan ketundukan, untuk menyembah Allah. Bukan yakin Allah yang menciptakan dan mengatur semesta, malah menyembah tuhan selain Allah, yang secara kriteria ketuhanan tidak masuk dan tidak layak dituhankan. Di sini terlihat jelas ketidak rasionalannya.
- Meyakini rububiyyah Allah, lalu tidak diekspresikan kepada memyembahNya, itu sama saja merendahkan tuhan. Sama saja menganggap tuhan menciptakan semua ini tanpa ada tujuan, selain makan minum dan syahwat saja.
Bayangin sobat, Allah kan punya sifat Al-Kholiq/Pencipta, Ar-Roziq/Pemberi rizki, ini tauhid rubibiyyah. Allah ciptakan manusia, Allah kasih mereka rizki, terus habis itu sudah gitu?!
Ngga ada feedback menyembah Allah; inilah tauhid uluhiyyah.
Ga ada tujuan mulia selain perut dan di bawah perut?!
Ini kan mustahil terjadi pada Allah yang maha mulia, hikmah dan berilmu. Meyakini tauhid rububiyah saja sama saja memprasangkai Allah dengan kesimpulan tersebut.
Maha suci Allah….
Jadi Tauhid Uluhiyah itu adalah tujuan dari proses bertauhid melalui rubiyah dan asma’ was shifat. Bisa dikatakan pula bahwa target utama dari perjuangan dakwah Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah membumikan tauhid uluhiyah. Pertarungan antara kebenaran tauhid dan kebatilan syirik ada pada tauhid uluhiyyah. Bukan sebagaimana yang diyakini sebagian orang, bahwa meyakini Allah adalah pemberi rizki, pencipta, tanpa harus sholat kepadaNya, berdoa kepadaNya, atau beribadah kepadaNya itu sudah cukup. Ini artinya, meyakini tauhid rububiyyah saja belum cukup untuk menjadi seorang muslim.
– Penjelasan Risalah Qawa’idul Arba’ Karya Syaikh Muhammad At-Tamimi –
Ditulis di Markaz KAMI SIAP, Jogjakarta, 28 Robi’us Tsani 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com