Kaidah 2: Alasan orang – orang musyrik menyembah selain Allah adalah, tuhan yang mereka sembah sebagai perantara penyembahan kepada Allah.
Kaidah ini menunjukkan bahwa syiriknya kaum musyrikin yang diperangi oleh Nabi, lebih ringan daripada syiriknya orang – orang sekarang. Karena:
Pertama, orang jahiliyah dahulu menyembah selain Allah tujuannya hanya 2 :
- Sebagai perantara berdoa kepada Allah
- Berharap syafa’at mereka di hadapan Allah.
Sementara orang sekarang selain Allah dijadikan sebagai tujuan penyembahan. Kalau orang – orang jahiliyah dahulu mereka berdoa kepada Lata, ‘Uzza dan Manat bukan meminta rizki, minta hujan atau hajat mereka. Tapi mereka meniatkan berhala Lata ‘Uzza itu sebagai penyambung hajat mereka kepada Allah. Atau meyakini berhala – berhala itu akan menjadi pemberi syafa’at mereka di hadapan Allah nanti.
Mengapa kami sebut doa menjadi motif mereka, padahal tentu kegiatan ibadah kepada berhala tak hanya doa, ada menyembelih hewan, nazar, sujud, mempersembahkan makanan?
Karena memang kebanyakan syirk di dunia berkaitan dengan syirik dalam doa (Ibnul Qoyyim dalam Madarij Salikin 1/353).
Kalau syiriknya orang – orang sekarang, mereka menjadikan berhala, pohon keramat, kuburan, jin sebagai tujuan doa dan penyembahan. Bukan sekedar sebagai penyambung kepada Allah. Tapi menjadi tujuan ibadah.
Dalil motif pertama musyrikin jahiliyyah (berhala sebagai perantara berdoa kepada Allah) adalah,
أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلۡخَالِصُۚ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحۡكُمُ بَيۡنَهُمۡ فِي مَا هُمۡ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي مَنۡ هُوَ كَٰذِبٞ كَفَّارٞ
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar. (Surat Az-Zumar: 3)
Dalil motif kedua (berharap syafa’at mereka di hadapan Allah):
وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ قُلۡ أَتُنَبِّـُٔونَ ٱللَّهَ بِمَا لَا يَعۡلَمُ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
Kaum Jahiliyah itu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi?”Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Surat Yunus: 18)
Namun pada akhirnya, mereka semua diperangi oleh Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-.
Dua motif ini bahkan masih relevan menjadi sebagai argumen orang – orang sekarang untuk melegalkan perbuatan syirik mereka.
Ketika ditanya, “Mengapa Pak kok berdoa ke kuburan Mbah ini Mbah itu?”
Jawabannya, “Kita ini manusia penuh dosa mas, ya ngga etislah kalau kita langsung minta kepada Allah. Kita ini terlalu kotor mas, Allah itu tuhan yang maha mulia. Makanya kita cari wasilah orang – orang sholih untuk menyampaikan hajat kita kepada Allah. Karena orang – orang sholih itu lebih bersih hatinya, sehingga lebih didengar oleh Allah.”
Keyakinan seperti ini muncul karena menganggap berinteraksi dengan Allah itu sama kayak berinteraksi dengan manusia. Manusia yang punya kedudukan akan lebih percaya kepada orang – orang yang dekat dengan mereka daripada orang asing. Sumber kesalahannya sebenarnya adalah, mendahulukan akal daripada dalil dalam beragama. Mestinya kan akal yang ikut dalil, bukan dalil yang diakal – akali. Karena akal manusia itu secerdas apapun tetap ada cacat dan kurangnya. Karena ada potensi salah. Kalau ikut dalil tidak seperti ini cara berfikirnya. Allah memerintahkan dalam Al-Quran agar kita kalau minta ya langsung kepada Allah. Orang yang enggan berdoa langsung kepada Allah oleh Allah disebut sebagai orang yang sombong. Bukanya dapat surga malah dapat neraka. Bukannya muslim malah jadi musyrik.
Allah berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Surat Ghafir: 60)
Allah ta’ala juga sudah menegaskan, kalau minta kepadaNya langsung aja…
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
Bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, jawablah sesungguhnya Aku itu dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (Surat Al-Baqarah: 186)
- Dua Macam Syafa’at
Bila memang serius mau cari syafaat dalam meminta kepada Allah, mari kita pelajari terlebih dahulu tentang aturannya. Jadi syafa’at ada dua macam:
- Syafa’at manfiah (ilegal)
- Syafa’at mutsbattah (legal)
Syafa’at manfiah adalah seluruh bentuk syafaat yang diminta kepada selain Allah, padahal yang mampu hanya Allah.
Syafa’at mutsbattah, adalah syafa’at yang diminta kepada Allah. Ada 2 syarat syafaat jenis ini:
- Izin dari Allah
- Ridho Allah kepada orang yang diberi syafa’at.
Syafa’at harus dapat izin dari Allah maksudnya, untuk terjadi suatu syafa’at itu harus ada legal standingnya dari Allah. Ngga sembarangan anggapan kita saja. Memangnya kita siapa kok berani – beraninya mendahului Allah?!
Padahal Allah tidak kasih izinNya pada syafa’at yang dianggapkan tersebut?!
Allah berfirman,
مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ
Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. (Surat Al-Baqarah: 255)
Artinya, siapa saja yang bisa memberi syafa’at dan saat moment seperti apa, itu harus ada izin dari Allah.
Siapa saja yang bisa memberi syafa’at?
Kapan syafa’at itu boleh terjadi?
Mari pelajari di sini ya :
Lanjut ke alasan kedua kesyirikan orang sekarang lebih parah dari orang jahiliyah dahulu….
Alasan kedua, syiriknya orang dahulu terjadi saat lapang saja, di saat dalam keadaan sempit mereka mentauhidkan Allah. Sementara syiriknya orang – orang sekarang konsisten sepanjang waktu, saat lapang dan sempit.
Sebagaiaman diterangkan Allah ‘azza wa jalla dalam Al-Qur’an,
فَإِذَا رَكِبُواْ فِي ٱلۡفُلۡكِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ إِذَا هُمۡ يُشۡرِكُونَ
Di saat mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya,tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) menyekutukan (Allah). (Surat Al-Ankabut: 65)
Kalau orang sekarang, ada musibah bukannya mendekat kepada Tuhan, tapi bikin malah makin jauh dari Tuhan. Bukannya menyadarkan mereka bertauhid, malah makin kenceng syiriknya. Bayangin aja, ada musibah malah grecep bikin sajen, nyembelih kerbau takut sama penjaga jin penjaga gunung inilah, penjaga laut ini lah bla…bla.. bla.
Ini fakta yang menunjukkan syiriknya orang sekarang lebih buruk dari syiriknya kaum jahiliyah. Mestinya saat kepepet itu naluri yang terdalam manusia muncul. Itulah mengapa orang jahiliyah dahulu saat kepepet mereka ingat Allah, sebagai tuhan yang nyata dan sesungguhnya. Orang sekarang keadaan ideal ini tidak muncul, saat sempitpun masih sempet – sempetnya syirik, bahkan kesempitan malah mengingatkan pada kesyirikan.
Na’udzubillah min dzalik.
– Penjelasan Risalah Qawa’idul Arba’ Karya Syaikh Muhammad At-Tamimi –
Ditulis di Tegalwaton, Semarang – Salatiga 30 Robi’us Tsani 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com