Kalau boleh meninggalkan dakwah atau amar ma’ruf nahi mungkar, karena takwa yang belum sempurna, siapa yang akan menegakkan kebenaran di muka bumi ini? Dan siapakah manusia yang sempurna takwanya hari ini?!
Tak ada kawan…
Setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam meninggal dunia, tak ada yang takwanya sempurna seperti beliau dan para Nabi.
Siapapun dia, ustadz, kyai, khatib yang setiap Jumat mengingatkan jama’ah “Marilah kita tingkatkan takwa kita..” atau “Bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya” bukan berarti takwa mereka telah sempurna sehingga boleh mengingatkan seperti itu. Kita semua adalah hamba Allah yang pasti ada kekurangan, sebagai motivasi untuk memperbaiki ketakwaan dan bertaubat. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang telah mengabarkan demikian,
كل بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Seluruh manusia banyak melakukan kesalahan, namun sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat.” (HR. Ibnu Majah)
Artinya, biarpun kita penuh kekurangan, asal ada perjuangan yang jujur untuk memperbaiki, untuk bertaubat, maka Allah maafkan kita. Sehingga bila kamu diuji dengan perbuatan dosa, lalu muncul keraguan untuk berdakwah, tetaplah dirimu di jalan dakwah. Dengan disertai jihad di dalam dirimu, melawan setan dan nafsu yang membawamu ke dalam kebiasaan buruk.
Jangan Tinggalkan Dakwah. Jangan tinggalkan amar ma’ruf nahi mungkar karena kekuranganmu.
Kekuranganmu ada di maksiat yang kamu lakukan, bukan pada amar ma’ruf nahi mungkar.
Maksiat adalah dosa, sedangkan amar ma’ruf nahi mungkar adalah amal salih, dua hal yang berbeda.
Maksiat silahkan berjuang tinggalkan. Namun amar ma’ruf nahi mungkarmu jangan juga kau tinggalkan. Itu amal Sholih, perjuangkan agar tetap ada di dalam catatan amalmu.
Jangan buat bahagia setan dengan anda menerjang dua pintu dosa sekaligus: meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar dan melakukan maksiat.
Seorang ulama mengatakan, “Andai tak boleh ada yang berdakwah kecuali orang yang sempurna takwanya, maka tak akan ada dakwah di muka bumi, tak akan ada amar Ma’aruf nahi mungkar di muka bumi, kecuali di saat zaman para Nabi masih hidup.”
Sebagaimana juga dinyatakan senada oleh ulama lainnya, diantaranya Sa’id bin Jubair pernah mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya”. Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410).
Demikian pula Hasan Al-Bashri pernah berpesan kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu”.
Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan”.
Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar ma’ruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410).
Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410).
Semoga Allah memperbaiki dan memaafkan seluruh kekurangan kita.
Solo, 20 Jumadas Tsani 1444 H.
***
Referensi:
- Ar-Ruhaili, Ibrahim bin Amir. Manhaj Ahlis Sunnah fil Amri bil Ma’ruf wan Nahyi ‘anil Munkar.
- Anshori, Ahmad (2023). Catatan dauroh syar’iyah ke 7 bersama Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili -hafidzohullah-, mengulas kitab beliau berjudul “Manhaj Ahlis Sunnah fil Amri bil Ma’ruf wan Nahyi ‘anil Munkar (Metodologi Ahlussunah dalam Beramar Ma’ruf Nahi Munkar)”.
- Anshori, Ahmad (2021). Haruskah Menjadi Sempurna Untuk bisa Menasehati?. Diakses dari https://muslim.or.id/24617-haruskah-menjadi-sempurna-untuk-bisa-menasehati.html pada 15 Januari 2023.
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com