Mendapatkan hikmah lagi Alhamdulillah. Yaitu tentang cara beramar ma’ruf nahi mungkar yang indah dan penuh kasih sayang.
Syaikh Prof. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaili -hafidzohullah- pada Kamis 12 Januari 2023, di sesi tanya jawab ditanya tentang hukum mutus kabel listrik yang digunakan untuk acara-acara bid’ah atau maksiat.
Mungkin kalau kita yang awam ini akan menjawab:
“Wah bagus tuh..”
“Berani sekali dia, layak jadi contoh..”
“Memang harus seperti itu. Karena amar makruf nahi mungkar harus ditegakkan…!!”
“Jarang-jarang anak muda yang berani melakukan seperti itu. Layak jadi mantu…”
Tapi jawaban ulama beda ternyata. Mereka sangat hati-hati dalam berkata dan bertindak. Akal mereka sangat matang. Pandangan mereka amat teliti, amat dalam dan mempertimbangkan maslahat untuk jangka panjang, bukan maslahat yang instan di saat kemungkaran itu terjadi saja.
Syaikh menjawab:
“Tidak boleh melakukan seperti itu. Tak ada orang berakal sehat yang nekat melakukan itu. Karena cara nahi mungkar yang seperti itu tidak akan merubah kemungkaran.
Apakah dengan seperti itu bid’ah atau maksiat yang mereka syiarkan akan padam?
Atau dengan seperti itu mereka akan bertaubat dari bid’ah dan maksiatnya?
Tidakkan..
Justru mereka makin tertantang melakukan kemungkaran. Kemudian, akan membahayakan diri yang mengingkari kemungkaran. Dan akan berdampak buruk pada marwah dakwah kebenaran dan para da’inya, sehingga masyarakat akan semakin menjauh dari kebenaran.
Bid’ah dan maksiat tidak mungkin bisa diobati dengan cara-cara instan seperti ini. Tapi perlu sabar dan hikmah untuk merubahnya. Sejalan dengan perintah Allah,
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
Dakwahilah manusia agar kembali ke jalan Tuhanmu dengancara hikmah dan pengajaran yang baik.
(Surat An-Nahl: 125)
Dan firman Allah tentang sabar dalam berdakwah, di dalam surat Al-‘Ashr,
والعصر
Demi Waktu.
إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk mengikuti kebenaran dan saling menasihati untuk bersabar. (Surat Al-‘Ashr: 1-3).
Wallahu waliyyut taufiiq.
***
Faidah dari Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili -hafidzohullah-, dalam kajian kitab beliau berjudul “Manhaj Ahlis Sunnah fil Amri bil Ma’ruf wan Nahyi ‘anil Munkar (Metodologi Ahlussunah dalam Beramar Ma’ruf Nahi Munkar)“.
Solo, 19 Jumadas Tsani 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com