Brother and Sister, semboyan “meraih kemenangan” di musim ramadhan sering kita dengar dimana-mana. Lebih-lebih nanti saat mendekati Idul Fitri, iklan-iklan di tv atau sosmed kenceng kali ngangkat tema “Ramadhan bulan meraih kemenangan”. Ibaratnya begini, klo sudah selesai melalui ramadhan, kemudian bertemu hari raya, kayak-kayak kita tu udah berhasil menang ngelawan sesuatu apa ya?
Sebenarnya apa sih yang dimaksud meraih kemenangan?
Menang bagi yang melalui ramadhan itu memang benar ada. Tapi tidak semua yang umurnya panjang dari ramadhan sampai ke hari raya otomatis mendapat ‘predikat’ menang. Puasa kagak, shalat kagak, sedekah kagak, baca Qur’an kagak… terus menang dari apaan woy.
Ujian kagak ikut tiba-tiba lulus aja.
Jadi teman-teman, ga semua orang menang melalui ramadhan. Mereka yang menang, hanyalah yang mampu menundukkan hawa nafsunya untuk taat kepada Allah. Ya untuk puasa, shalat, baca Qur’an, sedekah, meninggalkan dosa dan amal-amal kebaikan lainnya.
Keismpulan ini didasari oleh penjelasan di dalam surat Al-Baqoroh ayat 183, sebuah ayat yang menjelaskan tentang kewajiban umat Islam menjalani ibadah puasa. Pada ayat itu dijelaskan tujuan dari puasa:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.
Tujuan dari puasa adalah TAKWA.
Siapa yang mampu menunaikan nilai-nilai takwa di bulan ramadhan, nah dialah yang meraih kemenangan. Karena orang yang menang di dalam sebuah perjuangan, adalah yang mampu menggapai tujuan dari peruangannya. Yang mampu bertakwa di bulan mulia ini, dialah yang bahagia sebenarnya di saat tiba idul fitri nanti. Kemeriahan, kegembiraan hari raya idul fitri, adalah untuk para pemenangan sesungguhnya. Seperti kata pepatah Arab:
ليس العيد لمن لباسه جديد
ولكن العيد لمن تقواه تزيد
“Hari raya bukan untuk mereka yang baru bajunya
Tapi hari raya adalah untuk mereka yang bertambah takwanya.”
Ada pelajaran menarik selain indikator kemenangan ramadhan seorang adalah takwa, bahwa ayat di atas menunjukkan, puasa adalah sebab atau sarana seorang mampu melakukan ketakwaan. Karena kalimat pada ayat “supaya kalian bertakwa” adalah alasan mengapa puasa diwajibkan puasa kepada kita umat Islam.
Sebenarnya apa sih takwa itu?
Sejauh ini, definisi takwa yang paling lengkap yang pernah kami baca adalah definisi yang diuangkapkan oleh salah seorang ulama di generasni tabi’in, bernama Tholq bin Habib -rahimahullah-,
العمل بطاعة الله ، على نور من الله ، رجاء ثواب الله ، وترك معاصي الله ، على نور من الله ، مخافة عذاب الله
“Beramal sholih dengan didasari ilmu dan mengharap pahala Allah. Dan meninggalkan maksiat dengan didasari ilmu dan takut kepada azabnya Allah.” (sumber: Siyar A’lam An-Nubala’ 4:601)
Definisi di atas menunjukkan takwa terdiri dari empat unsur:
- Menjalankan perintah Allah.
- Menjauhi larangan Allah.
- Berdasarkan ilmu.
- Serta niat yang benar.
- Kalau melakukan ibadah niat benarnya: Ikhlas.
- Kalau meninggalkan dosa niat benarnya: takut azab Allah.
Siapa yang takwanya tidak memenuhi empat unsur di atas maka belum bisa dinilai sebagai takwa.
Menjalankan perintah atau menjauhi larangan Allah tanpa ilmu, jelas bisa keliru, yang benar bisa dia anggap salah yang salah dia anggap benar.
Menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah sudah pake ilmu, tapi ngga ikhlas, niatnya bukan karena takut murka Allah, tapi cari keuntungan dunia misalnya atau pujian calon mertua, ini juga ga bener takwanya, belum bisa disebut takwa.
Jadi orang bertakwa itu ya menjalankan perintah Allah iya, menjauhi larangan juga iya, pakai ilmu iya, niatnya bener juga iya.
Nah inilah orang takwa sejati, kandidat pemenang melalui puasa Ramadhan, dan menantu idaman para ayah mama.
Udah segini dulu ya gays, insyaallah nanti kakak lanjutin di tulisan selanjutnya tentang “Bagaimana Cara Menjadi Pemenang di Bulan Ramadhan?” terus agar lebih lengkap penjelasannya insyaallah kakak tambahkan tulisan tentang “Nilai-Nilai Takwa Dalam Ibadah Puasa”.
Doain ya semoga kayak sehat selalu, panjang umur dan berkah umurnya.
Aaamiiin.
Menjelang Asar, di Jogjakarta 28 Sya’ban 1444 H
Penulis : Ahmad Anshori
Artikel : RemajaIslam.com