Siapa yang dibuat putus asa karena dosa yang bertumpuk-tumpuk entah dimana ujungnya, ayo kita renungkan ayat ini,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53)
Para ulama menyebut ayat ini sebagai “arja aayatin fi kitaabillah” ayat Al-Quran yang paling membangkitkan keyakinan optimisme.
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa tak ada dosa yang berat untuk Allah ampuni. Allah juga tidak meminta suatu kebutuhan kepada hambaNya.
Dialah Allah sebagai tuhan yang lebih dermawan dari apa yang diminta, lebih luas kekayaanNya dari apa yang Dia beri, lebih penyayang dari kasih sayang yang diminta.
Allah memuliakan setiap hamba yang menuju kepadanya, memuliakan hamba yang kembali kepadaNya, memcukupkan kebutuhan orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.
Allah lebih sayang kepada hambaNya, melebihi sayangnya seorang Ibu kepada anaknya. Oleh karenanya, para ulama mendefinisikan berharap kepada Allah adalah melihat pada luasnya rahmat Allah.
Wallahul muwaffiq…
Referensi:
Al-Badr, Abdurazzaq bin Abdulmuhsin, (1444H). Ahadits Ishlah Al-Qulub, Dar Imam Muslim, Madinah, Saudi Arabia.
Diterjemahkan oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com