Bismillah…
Di dalam sebuah hadis dari Ibunda ‘Aisyah, diterangkan bahwa beliau pernah bertanya kepada Nabi tentang orang yang menolehkan muka ketika shalat.
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
هو اختلاس يختلسه الشيطان من صلاة العبد
“Itu adalah curian setan dalam shalat seseorang.” (HR. Bukhari)
Ini adalah sebuah jawaban yang menarik dan mengandung pelajaran yang amat berharga. Diantaranya adalah:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut orang yang menoleh saat shalat sebagai orang yang sedang kecurian setan, yakni maknanya kecurian pahala, karena dengan menoleh itu khusyu’nya berkurang, dengan berkurangnya khusyu’ maka akan berkurang pahala shalatnya. Silahkan membaca penjelasan selengkapnya di sini:
Saat Nabi menyamakan orang yang menoleh saat shalat dengan kecurian, artinya orang yang berkurang khusyu’ itu seperti sedang kecurian, kita dapat menemukan pelajaran-pelajaran berharga melalui pendekatan pemahaman rekasi seorang dengan pencurian:
- Seorang akan waspada dengan aksi pencurian. Maka demikian pula hendaknya seorang waspada dengan degala hal yang bisa merusak kekhusyu’an.
- Seorang akan melakukan berbagai pencegahan atau antisipasi agar barang-barangnya tidak dicurin. Maka demikian pula hendaknya seorang berusaha melakukan berbagai pencegahan atau antisipasi agar bisa kekhusyu’an shalatnya tetap terjaga.
- Seorang yang kecurian akan merasa rugi, karena barangnya hilang. Maka demikian pula hendaknya seorang yang kecurian khusyu’ shalatnya, hendaknya ia juga merasa rugi makan merasa lebih rugi dengan kecurian barang. Karena khusyu’nya shalat lebih mahal dari segala dunia dan isinya.
- Pencurian itu terjadi saat seorang lengah. Maka demikian pula rusaknya kekhusyu’an terjadi di saat seorang lengah terhadap kosentrasi shalatnya. Dan perumpamaan dalam hadis di atas menunjukkan bahwa setan akan masuk dalam shalat seorang untuk mencuri kekhusyuan dengan memanfaatkan momentum lengah orang yang shalat. Agar ini tidak terjadi, seorang harus selalu fokus konsentrasi saat shalat dan mengupayakan antisipasi dan menghadirkan sikap waspada.
Itulah sejumlah pelajaran yang bisa kami tarik dari perumpaan yang disebutkan dalam hadis di atas.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori (ahmadanshori.aan)
Artikel: Remajaislam.com