Bismillah…
Pada hari Rabu 31 Januari 2024 kemarin kami diamanahi untuk menterjemahkan kajian Islam yang disampaikan oleh Dr. Ibrahim As-Syarbini -hafidzahullah-, dai ahlussunah berasal dari Gambia, keturunan Mesir. Ada sejumlah catatan mengena yang sangat kami ingat dari ceramah beliau dengan judul “Sebab Datangnya Pertolongan Allah”. Berikut ini kami rangkumkan:
Pertolongan Allah akan datang kepada umat ini saat mereka kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Sebagaimana Allah telah janjikan,
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡـٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Surat An-Nur: 55)
Saat ini bagaimana keadaan umat Islam? Masih banyak yang jauh dari ajaran Qur’an dan Sunnah. Kesyirikan belum menjadi sesuatu yang tabu, masih tersebar di lingkungan masyarakat muslim, lebih-lebih kebid’ahan yang bukan lagi barang baru, tapi sudah menjadi budaya yang mereka bela. Selain itu, maksiat-maksiat juga masih begitu mudah dilakukan oleh orang Islam. Semua inilah yang menyebabkan musuh menguasai kaum muslimin. Allah mengingatkan,
مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَۚ وَأَرۡسَلۡنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولٗاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا
“Kebaikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.” (Surat An-Nisa’: 79)
Kebaikan dari Allah.
Musibah dari diri kita sendiri.
Berbagai musibah yang sedang kita umat muslim alami saat ini sejatinya sebabnya adalah kesalahan kita sendiri. Namun Allah telah memaafkan banyak dari kesalahan kita.
Saat shalat kita masih malas-malasan, maksiat begitu mudah dilanggar, suruh bayar zakat pelitnya minta ampun, ibadah juga masih banyak kekurangan di sana sini, ketakwaan ancur, keikhlasan masih jauh, terus seorang dengan percaya dirinya bilang, “Kapan kiranya datang pertolongan Allah? Kapan kita bisa shalat aman dan khusyuk di Masjidil Aqsha? Tanpa khawatir oleh peluru-peluru Yahudi?”
Saudaraku yang kami cintai karena Allah, pertolongan Allah itu akan datang dimulai dari perubahan diri kita sendiri, menjadi hamba Allah yang lebih baik, lebih bertakwa dan lebih ikhlas. Ini semua dapat digapai dengan ilmu dan amal shalih yang didasari Tauhid yang murni. Sebagaimana tersebut di dalam ayat 55 surat An Nur di atas.
Jangan pernah meremehkan dosa, sekecil apapun. Karena dosa kecil jika tidak dianggap kecil bisa menjadi besar. Dan dosa besar yang dianggap besar maka akan mengecil. Sebagaimana dinyatakan oleh sahabat Abdullah bin Abbas -radhiyallahu’anhuma-,
لا صغيرة مع الإصرار ولا كبيرة مع الاستغفار
“Tak ada dosa kecil jika dilakukan dengan terus-menerus (meremehkan), dan tak ada dosa besar jika selalu direspon dengan istighfar.”
Syaikh mengingatkan tentang sebuah dosa yang dinilai kecil namun bisa mengalahkan umat yang kuat. Kisah sebab kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud, disebabkan oleh 50 sahabat Nabi yang ditugaskan untuk memanahi musuh dari bukit Rumah/Jabal ‘Ainain. Mereka turun dari bukit sebelum datang perintah dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
إن رأيتمونا تخطفنا الطير، فلا تبرحوا مكانكم هذا حتى أرسل إليكم، وإن رأيتمونا هزمنا القوم وأوطأناهم، فلا تبرحوا حتى أرسل إليكم
“Andai kalian melihat jasad kami dimakan burung, jangan turun dari tempat kalian sampai datang perintah. Atau andaikan melihat kami mengalahkan musuh dan kami menggendong musuh-musuh, jangan pernah turun dari tempat kalian sampai datang perintah.”
Ketika pasukan musyrikin terpukul mundur, para pemanah di atas bukit mengira peperangan sudah selesai. Mereka melihat rampasan perang berserakan di bawah. Mereka tak sabar ingin mengambil ghanimah itu. Merekapun turun. Sahabat Abdullah bin Jubair mengingatkan rekan-rekannya,
أنسيتم ما قال لكم رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Apa kalian lupa pesan Rasulullah shalallahu alaihi wassallam?”
Mereka menjawab,
والله لنأتين الناس فلنصيبن من الغنيمة
“Demi Allah kami turun untuk memunguti ghanimah kemudian kami bagikan ke kaum muslimin.”
Akhirnya mereka pun turun. Tanpa mereka sangka ternyata musuh belum balik pulang kampung mereka. Mereka hanya mundur beberapa langkah, memutar lokasi, kemudian menguasai bukit Rumah. Lalu menembaki Rasul dan pasukan Islam dengan panah. Hingga kekalahan tak bisa dielakkan, 70 sahabat gugur dan Rasul shalallahu alaihi wasallam terluka.
Lihatlah kesalahan ini terjadi karena pemahaman yang keliru, atau disebabkan oleh takwil. Bukanlah kesalahan yang muncul karena perasaan sombong, angkuh, arogan atau sengaja melanggar perintah Rasulullah. Mereka hanya berusaha memahami yang terbaik, ternyata keliru, mereka mengira peperangan telah usai, ternyata belum. Tentu kesalahan yang muncul karena takwil seperti ini, lebih ringan daripada kesalahan karena kesombongan. Namun coba lihat, kesalahan yang kecil ini menyebabkan kekalahan umat. Karena kekalahan Islam dalam perang Uhud adalah kekalahan umat ketika itu. Allah berfirman tentang kekalahan umat Islam di perang Uhud,
أَوَلَمَّآ أَصَٰبَتۡكُم مُّصِيبَةٞ قَدۡ أَصَبۡتُم مِّثۡلَيۡهَا قُلۡتُمۡ أَنَّىٰ هَٰذَاۖ قُلۡ هُوَ مِنۡ عِندِ أَنفُسِكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
“Mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar). Kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Surat Ali ‘Imran: 165)
Sejarah ini memberikan pelajaran kepada kita untuk tetap berpegang teguh kepada ajaran Rasulullah dan jangan pernah menyepelekan dosa sekecil apapun. Bisa jadi dengan dosa itu kita menjadi dikuasai oleh musuh-musuh Islam.
Bahkan setelah kejadian ini, para sahabat itu segera bertaubat. Dan Allah telah menyatakan, telah menerima taubat mereka dan memaafkan mereka. Allah berfirman,
وَلَقَدۡ صَدَقَكُمُ ٱللَّهُ وَعۡدَهُۥٓ إِذۡ تَحُسُّونَهُم بِإِذۡنِهِۦۖ حَتَّىٰٓ إِذَا فَشِلۡتُمۡ وَتَنَٰزَعۡتُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِ وَعَصَيۡتُم مِّنۢ بَعۡدِ مَآ أَرَىٰكُم مَّا تُحِبُّونَۚ مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنۡيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلۡأٓخِرَةَۚ ثُمَّ صَرَفَكُمۡ عَنۡهُمۡ لِيَبۡتَلِيَكُمۡۖ وَلَقَدۡ عَفَا عَنكُمۡۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
“Sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah Rasul setelah Allah memperlihatkan kepada kamu apa yang kamu sukai. *Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu,**tetapi Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin. (Surat Ali ‘Imran: 152)
Wallahul muwaffiq.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com