Dari Abu Mas’ud Al Anshari mengatakan, “Seorang laki-laki menemui Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mengadukan suatu masalah,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي وَاللَّهِ لَأَتَأَخَّرُ عَنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مِنْ أَجْلِ فُلَانٍ مِمَّا يُطِيلُ بِنَا فِيهَا
“Ya Rasulullah, Demi Allah, sungguh saya memperlambat-lambatkan diri dari shalat subuh karena si fulan yang menjadi imam selalu memanjangkan bacaan shalatnya saat mengimami kami.”
Abu mas’ud berkata,
فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ أَشَدَّ غَضَبًا فِي مَوْعِظَةٍ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ ثُمَّ قَالَ
“Aku belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah dengan demikian marahnya melebihi marahnya ketika itu.” Lantas Nabi menegur,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ مَا صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُوجِزْ فَإِنَّ فِيهِمْ الْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
“Wahai seklaian manusia, diantara kalian ada yang menjadikan orang lain menjauhkan diri dari masjid dan ibadah. Siapa diantara kalian mengimami orang-orang, lakukanlah secara ringkas, sebab diantara jamaah ada orang-orang tua, orang lemah dan orang yang mempunyai keperluan.” (HR. Bukhari)
Pelajaran dari hadis:
- Tidak adanya sifat lemah lembut didalam mendidik akan menyebabkan objek didik menjauh dari kebaikan atau enggan belajar.
- Sikap lemah lembut amat dibutuhkan dalam segala proses mendidik, terutama di awal-awal fase pendidikan. Seperti di saat mendidik anak-anak, orang yang baru hijrah, muallaf dll, atau kepada orang yang berbuat maksiat. Sebagaimana pesan Nabi kepada Abu Musa Al-‘Asy’ari dan Mu’adz bin Jabal -radhiyallahu’anhuma- saat hendak melepas mereka berdakwah ke negeri Yaman,
يسرا ولا تعسرا، وبشرا ولا تنفرا
“Mudahkan jangan persulit. Beri semangat jangan membuat mereka lari dari kebenaran.”
- Diantara bentuk lemah lembut dalam mendidik adalah, meninggalkan perkara yang bernilai manfaat demi tidak terwujudnya mudorot. Memanjangkan bacaan shalat adalah kebaikan, namun Nabi melarang jika itu akan menyebabkan orang-orang malas ke shalat jama’ah ke masjid. Praktek seperti juga bisa kita temukan dalam sikap Rasulullah pada berbagai peristia diantaranya; Nabi ingin membangun kembali Ka’bah seperti pondasinya Nabi Ibrahim, namun beliau tidak lakukan agar masyarakat tidak meninggalkan dakwah beliau, beliau biasa puasa meski di saat sedang safar, namun ketika beliau melihat ada sahabat beliau ikut puasa saat safar dalam keadaan berat dan susah, beliaupun berbuka atau memerintahkan mereka berbuka sebagai bentuk rahmat beliau kepada umatnya.
- Mendidik dengan konsep tadarruj; yaitu bertahap dari ilmu yang mudah sampai pada ilmu yang rumit. Karena karakteristik manusia menyenangi memulai dengan yang mudah-mudah, lalu ia akan tertantang untuk belajar ilmu yang lebih tinggi.
- Buah dari mendidik dengan kelembutan adalah:
- Dicintai oleh masyarakat atau peserta didik.
- Mendapatkan pertolongan Allah.
- Mendapatkan rahmad Allah.
- Dapat mewujudkan kebaikan yang banyak.
- Mencontoh cara mendidiknya Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-/
- Tersebarnya dakwah Islam atau nilai-nilai pendidikan secara luas.
- Marah dibutuhkan di dalam mendidik. Sehingga pendidikan bukanlah proses yang tanpa pernah marah, namun pendidikan adalah proses yang bijaksana dalam menempatkan lemah lembut dan marah. Di dalam hadis itu Nabi berlemah lembut kepada masyarakat yang keberatan dengan imam yang bacaan subuhnya terlalu panjang, dan beliau amat marah kepada sang Imam. Ini menunjukkan bahwa marah yang jika ditempatkan pada keadaan yang tepat akan menjadi efektif.
- Pendidikan yang bekah atau efektif adalah yang bisa mengkondisikan jiwa objek didik nyaman dan tenang menerima ilmu. Bukan sekedar tersampainya ilmu, namun juga dalam mendidik seorang pendidik perlu mengetahui cara menyampaikan ilmu dengan lembut dan bijaksana serta tahu tentang keadaan objek didik. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa segala kompentensi atau ilmu yang bsia mewujudkan kemampuan pendidik dalam mengajar dengan baik, diperintahkan oleh Islam.
- Bolehnya menegur kesalahan dengan disampaikan kepada umum jika memang teguran tersebut juga dibutuhkan oleh masyarakat luas dan dengan tetap menjaga nama baik. Di saat Nabi menerima keluhan itu kemudian Nabi bergegas ceramah di mimbar dengan tanpa menyebut nama Imam yang dimaksud.
Demikian…
Wallahulmuwaffiq.
Referensi:
As-Shuri, Yusuf Khotir Hasan. Asaalib Ar-Rasul fi Ad-Da’wah wat tarbiyah (Hal. 28-29). Shunduq At-Kakaful.
Ibnu ‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih (1425H). Syarah Riyadusshalihin (3/617-619). Madar Al-Wathan. Unaizah-Saudi Arabia.
As-Sabt, Khalid bin ‘Utsman (1431H).الحديث على آيات الباب وحديث «أيها الناس إن منكم منفرين..». Retaived form: https://khaledalsabt.com/explanations/1797/%D…
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com