Melanjutkan pembahasan hadis ini, lanjutan dari tulisan sebelumnya di sini:
Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda,
“اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلىَ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِيْ كُلٍّ خَيْرٍ، اِحْرِصْ عَلىَ ماَ يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللَّهُ وَماَ شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ .
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun pada masing-masing (dari keduanya) ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah menggapai hal-hal yang bermanfaat untukmu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu yang tak sesuai harapan, jangan katakan “aandai aku berbuat begin dan begitu, maka akan begini dan begitu. Tetapi katakanlah “Allah telah menakdirkan, dan karena kehendakNyalah hal ini terjadi”. Sebab kata ‘seandainya’ itu dapat membuka perbuatan setan.” (HR. Muslim)
______
Ketiga, berusahalah menggapai yang bermanfaat.
Sabda Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-
احرص علَ ما ينفعك
“Bersungguh-sungguhlah menggapai yang bermanfaat untukmu.”
adalah ungkapan yang singkat namun padat manfaat (jami’ nafi‘) yang mencakup kebahagiaan dunia dan akhirat. Kesungguhan menunjukkan adanya usaha yang keras dan mengerahkan segala kemampuan dalam bekerja, berkarya atau beramal. Sikap ini sangat bisa mengobati kelemahan jiwa.
Sikap negatif dan acuh tak acuh yang dialami seseorang hingga membentuk sebuah pemahaman bahwa berapa pun usaha yang dia lakukan, itu tidak akan berguna, atau keyakinannya bahwa responnya terhadap situasi tidak terkait dengan hasilnya, dan kehilangan kontrol terhadap keadaan di sekitarnya, semua itu terobati oleh sabda Nabi Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam:
“Bersungguh-sungguhlah dalam menggapai yang bermanfaat bagimu.”
Hal yang bermanfaat itu ada dua macam:
- Bermanfaat secara agama atau di akhirat.
- Bermanfaat secara duniawi atau di dunia.
Seorang hamba membutuhkan kedua manfaat tersebut. Kesuksesan dan kebahagiannya dalam mejalani hidup ini, ada pada kesunggugannya dalam menggapai perkara-perkara yang bermanfaat tersebut.
Ketika seorang hamba berusaha keras dalam meraih yang bermanfaat, ia berjuang sungguh-sungguh, ia berupaya menempuh jalan dan cara yang benar, serta memohon pertolongan kepada Allah untuk mencapainya dan menyempurnakannya, itu adalah kesempurnaan yang ada dalam dirinya dan pertanda bahwa ia akan berhasil. Namun, siapa yang tidak bersemangat dalam meraih hal-hal yang bermanfaat, ia justeru malas, orang yang seperti ini sikapnya tak akan mendapatkan apa-apa. Malas adalah akar dari kegagalan! Orang yang malas tidak akan mendapatkan kebaikan, tidak akan memperoleh kehormatan, dan tidak akan mencapai kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahul muwafffiq.
Referensi:
Al-‘Ajin, Ali bin Ibrahum (2021), Al-Arba’un At-Tatwiriyyah; 40 Haditsan fi Tatwir Az-Dzat wa Asbab An-Najah. Naqatech.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com