Ustadz itu kan idealnya ya, pasti kita semua berdoa semoga Allah selalu menjaga dan melindungi hati kita. TAPI… gimana nih Ustaz sama kaum kaum terlanjur sayang ini? Mau ninggalin… mau tobat… tapi gamon, gagal moveon. Ustadz punya tips moveon manjur gak nih?
Perasaan ini sering disebut “cinta monyet” yang meski terlihat manis, justru bisa jadi penghalang besar dalam hidupmu. Yuk, kita coba bahas gimana cara menghadapi situasi seperti ini dengan bijak dan tetap fokus ke tujuan hidup yang lebih penting.
Ini nih tipsnya, catet ya…
Pertama, perlu disadari perkataan ulama berikut ini:
ذكر الناس داء وذكر الله دواء
“Mengingat manusia itu penyakit, adapun mengingat Allah itu obat.” (ucapan Ibnu ‘Aun -rahimahullah-, tertulis di dalam Syu’ab al Iman 2/184)
Perkataan ini pernah dijelaskan oleh Imam az Dzahabi -rahimahullah- :
إي والله، فالعجب منا، ومن جهلنا، كيف ندع الدواء، ونقتحم الداء؟! قال الله -تعالى-: {فاذكروني أذكركم} [البقرة: 153]، {ولذكر الله أكبر} [العنكبوت: 46]، وقال: {الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله، ألا بذكر الله تطمئن القلوب} [الرعد: 29] ولكن لا يتهيأ ذلك إلا بتوفيق الله، ومن أدمن الدعاء، ولازم قرع الباب فتح له.
“Iya, demi Allah, sungguh aneh kita ini, dan betapa jahilnya kita! Bagaimana kita bisa meninggalkan obat (yaitu mengingat Allah) dan malah terjun ke dalam penyakit (yaitu lupa kepada Allah)? Allah Ta’ala berfirman:
فاذكروني أذكركم
‘Maka ingatlah Aku, Aku akan ingat kamu’ (Al-Baqarah: 153),
ولذكر الله أكبر
‘Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar’ (Al-Ankabut: 46), dan
Allah juga berfirman:
الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله، ألا بذكر الله تطمئن القلوب
‘Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram’ (Ar-Ra’d: 29).
Namun, semua itu tidak akan tercapai kecuali dengan taufik dari Allah. Dan barang siapa yang senantiasa berdoa dan terus mengetuk pintu (doa), niscaya pintu itu akan dibuka untuknya.” (Siyar A’lam an Nubala’ 6/369)
Mengingat-ingat si doi yang ga bakalan kamu miliki itu bakalan cuma jadi penyakit hati; ya jadi ga bisa fokuslah, jadi males hiduplah, jadi rindu yang ga halal lah dan banyak lagi. Mending kamu lupain lalu banyak-banyak inget Allah, itu akan jadi kekuatan bagi hidup kamu.
Kedua, jauhi cinta monyet.
kalo kamu cuma bisa sayang tapi nggak bisa memiliki, mungkin itu cuma cinta monyet aja. Mending lupain deh! Terus fokusin hidupa pada hal-hal yang bermanfaat, kayak study mu, pekerjaanmu, karyamu dst. Karena ngga akan ada manfaatnya mau diterusin juga. Yang ada malah ngehambat dirimu berkembang. Kalo memang ngga bermanfaat, ngapain dipertahankan. Bukankah Nabi -shallallahu’laihi wa sallam- bersabda,
من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
“Diantara tanda baiknya keislaman seorang adalah di saat ia menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat untuknya.” (HR. Tirmidzi)
Ketiga, cari suasana baru.
Kalo kamu terus-terusan keinget dia, coba deh cari suasana yang bikin kamu nggak terbayang lagi. Fokus ke tujuan hidup yang lebih penting, kayak study/menuntut ilmu, karir, atau usaha. Sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat sampai kamu lupa sama dia. Jangan sampai setan memperdayamu lalu menghancurkan hidupmu. Ingat lho perempuan itu fitnah terbesarnya laki-laki, begitu juga sebaliknya. Kalo udah sampai tahap cuma kesemsem doang, ga bisa memilki, ya mending lupain, sibuin diri kamu dengan kebaikan sampai setan ngga ada space lagi untuk ngajak kamu inget dia yang adanya cuma ngerusak hidup kamu.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah- pernah mengatakan,
فهي النفس إن لم تشغلها بالحق شغلتك بالباطل، وهو القلب إن لم تسكنه محبة الله عز وجل سكنه محبة المخلوقين ولابد، وهو اللسان إن لم تشغله بالذكر شغلك باللغو وما هو عليك ولابد، فاختر لنفسك إحدى الخطتين، وأنزلها في إحدى المنزلتين
“Sesungguhnya jiwa, jika tidak kamu sibukkan dengan kebenaran, ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan. Seperti hati, jika tidak kamu isi dengan cinta kepada Allah yang Maha Agung, ia akan dipenuhi dengan cinta kepada makhluk, dan itu pasti terjadi! Lisan, jika tidak kamu sibukkan dengan zikir, ia pasti akan menyibukkanmu dengan hal-hal yang sia-sia dan merugikanmu. Maka pilihlah untuk dirimu salah satu dari dua jalan ini, dan tempatkanlah dirimu di salah satu dari dua posisi ini.” (Al-Wabil As-Shoyyib, 1/11)
Nasehat ini senada dengan yang disampaikan oleh sahabat Umar bin Khattab -radhiyallahu’anhu- :
“Sesungguhnya Allah menciptakan tangan untuk bekerja. Jika tidak menemukan pekerjaan dalam ketaatan, ia akan mencari pekerjaan dalam kemaksiatan. Maka sibukkanlah tanganmu dengan ketaatan sebelum ia menyibukkanmu dengan kemaksiatan.”
Keempat, waspada dengan perasaan cinta.
Hati-hati, perasaan cinta bisa bikin kamu lupa daratan. Bisa-bisa kamu dibuat buta aturan Allah. Ini yang disebut fitnah lawan jenis. Ada faidah menarik dari Syaikh Abdurrahman As-Sa’di -rahimahullah- di dalam tafsir beliau:
وَلَكِنْ لَا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا } وأما التعريض, فقد أسقط تعالى فيه الجناح. والفرق بينهما: أن التصريح, لا يحتمل غير النكاح, فلهذا حرم, خوفا من استعجالها, وكذبها في انقضاء عدتها, رغبة في النكاح، ففيه دلالة على منع وسائل المحرم, وقضاء لحق زوجها الأول, بعدم مواعدتها لغيره مدة عدتها
“Tetapi janganlah kalian mengikat janji secara rahasia. Sedangkan memberi sindiran, Allah memperbolehkannya. Bedanya, sindiran masih bisa diartikan selain menikah, jadi boleh. Tapi kalo terus terang, khawatir buru-buru dan dusta soal selesainya iddah karena ingin menikah.” (Tafsir As-Sa’di)
Artinya apa?
Jadi islam membuat sebuah kondisi yg memaksa si wanita fokus dulu dg hak suami sblmnya dan menyelasaikan iddahnya. Kalo ditaksir blak-blakan bisa-bisa dia kepincut terus dusta kalo iddahnya udah selesai.
Jadi islam membuat sebuah kondisi yg memaksa si wanita fokus dulu dengan hak suami sblmnya dan menyelasaikan iddahnya. Kalo ditaksir blak-blakan bisa dia kepincut lalu berdusta kalo iddahnya udah selesai.
Keempat, jangan stalking… blokir aja.
Nggak ada gunanya terus-terusan nge-stalk akun media sosial mantan. Itu cuma bakal bikin kamu makin susah move on. Setiap kali kamu liat update-an dia, rasanya kayak ngorek luka lama. So, mending blokir aja semua akun medsos dia. Kenapa? Supaya kamu nggak terus-terusan kepikiran dan bisa fokus ke hal-hal yang lebih positif.
Blokir mantan bukan berarti kamu jahat atau dendam, tapi ini demi kesehatan mentalmu sendiri. Dengan nggak melihat update-an dia, kamu jadi punya kesempatan buat benar-benar melupakan dan move on. Bayangin aja, tiap kali kamu buka Instagram atau WhatsApp dan liat update-an dia yang lagi happy-happy, kamu pasti langsung down. Daripada kayak gitu, mending blokir aja dan fokus sama diri sendiri.
Wallahumuwaffiq.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com