Bismillah…
Ada masa yang takkan kembali meski kau memohon dan bersujud dalam linangan air mata. Masa itu bernama masa muda. Dan ia datang bukan karena kita meminta, tapi karena Allah memberikannya. Sebagai ujian. Sebagai peluang. Sebagai amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Masa muda adalah masa yang paling padat dengan gejolak rasa, gelora semangat, dan limpahan harapan.Tapi ia bukan hanya tentang tubuh yang kuat atau energi yang tak cepat lelah. Ia adalah masa jiwa sedang membuncah, imajinasi begitu luas, dan cita-cita melangit. Masa yang sangat mungkin untuk digunakan menjadi batu loncatan menuju puncak amal terbaik.
Bila kita menengok sejarah, kita akan tahu bahwa kemajuan peradaban dibangun oleh semangat para pemuda. Mereka berani melangkah. Mereka tak terlalu banyak menimbang-nimbang, tetapi tetap jernih dalam bernalar dan lurus dalam menata niat. Maka bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu cara menanamkan nilai besar dalam jiwa anak mudanya.
Maju tidaknya sebuah bangsa bergantung pada sejauh mana para pemudanya memiliki semangat tinggi dan amal nyata.
Ada satu hal yang sangat penting kita renungi: masa muda adalah kekuatan yang berada di antara dua kelemahan—lemahnya masa kanak-kanak dan rapuhnya usia tua.
Anak-anak belum sanggup menanggung amanah besar, dan orang tua tak lagi kuat memikulnya. Maka pemuda-lah yang paling siap melangkah di medan amal. Mereka kuat untuk bersungguh-sungguh, mampu untuk menahan diri, dan cukup tangguh untuk bersabar dalam ketaatan. Maka jangan heran jika masa muda adalah waktu terbaik untuk berjuang dan berbuat.
Rasulullah ﷺ mengingatkan kita dengan sabda yang menggugah:
«اغتنم خمساً قبل خمسٍ: شبابَك قبل هَرَمِك، وصحتَك قبل سَقَمِك، وغناك قبل فقرك، وفراغَك قبل شغلك، وحياتَك قبل موتك»
“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya: masa mudamu sebelum datang tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al-Hakim)
Perhatikan kata pertama dalam hadis ini: “اغتنم” (manfaatkanlah dengan sungguh-sungguh). Ia mengisyaratkan bahwa kesempatan ini datang sebentar, dan cepat berlalu. Seperti tamu yang hanya singgah sebentar, lalu pergi tanpa mengucap salam perpisahan.
Imam Ahmad rahimahullah pun pernah berkata:
«ما شبهت الشباب إلا بشيءٍ كان في كُمِّي فسقط»
“Aku tidak bisa menggambarkan masa muda kecuali seperti sesuatu yang tadi ada di lengan bajuku… lalu jatuh begitu saja.”
Bayangkan engkau memegang sesuatu yang berharga di ujung tanganmu. Belum sempat kau genggam erat, ia sudah terlepas dan menghilang. Itulah masa muda. Datang sebentar, pergi selamanya.
Mengapa Allah secara khusus akan bertanya tentang masa muda?
Bukankah masa muda sudah tercakup dalam umur?
Karena justru di masa mudalah manusia memiliki kekuatan terbesar untuk taat, dan dalam waktu yang sama, potensi terbesar untuk tergelincir. Maka jika seseorang mampu menjaga dirinya dalam masa mudanya, sungguh ia telah menjaga sisa hidupnya dengan baik.
«لا تزولُ قدما عبدٍ يومَ القيامةِ حتى يُسألَ عن أربعٍ: عن عمرِه فيمَ أفناه، وعن شبابِه فيمَ أبلاه، وعن مالِه من أين اكتسبَه وفيما أنفقَه، وعن علمِه ماذا عملَ فيه»
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana didapat dan ke mana dibelanjakan, serta tentang ilmunya sejauh mana diamalkan.” (HR. Tirmidzi)
Maka, wahai jiwa yang masih muda…
Sebelum waktu sibuk mencuri mimpimu, sebelum lelah mematahkan semangatmu, sebelum maut mendahuluimu—gunakan masa mudamu untuk membangun bekal pulang.
Bangkitlah. Bukan untuk dilihat orang, tapi untuk dilihat Allah di langit.
Bergeraklah. Bukan untuk pujian dunia, tapi untuk ridha Sang Pencipta.
Karena masa muda bukan hanya tentang apa yang kita nikmati, tapi tentang apa yang bisa kita persembahkan.
Gunakanlah sebelum ia hilang.
Oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com