Nama “Dzulkifli” mengandung arti seorang yang memikul sebuah tanggungan. Beliau dinamakan Dzulkifli, karena beliau adalah Nabi yang telah menanggung kebutuhan hidup kaumnya dan menjadi penengah yang adil dalam menyelesaikan masalah-masalah di masyarakatnya.
Sebab lainnya yang menjadi alasan penamaan Nabi Dzulkifli adalah sebuah riwayat Nabi Al-Yasa’, ketika usianya sudah lanjut, mengumpulkan orang-orang dan berkata kepada mereka,
“Siapa yang bersedia menerima tiga tugas dariku, maka aku akan menunjuknya sebagai penggantiku: berpuasa di siang hari, mendirikan shalat di malam hari, dan menahan diri dari marah.”
Kemudian seorang pria yang penampilannya sangat sederhana berdiri dan berkata, “Aku akan melakukannya.”
Nabi Al-Yasa’ bertanya padanya, “Apakah kamu benar-benar akan berpuasa di siang hari, shalat di malam hari, dan tidak marah?”
Pria itu menjawab, “Ya, aku akan melakukannya.”
Nabi Al-Yasa’ kemudian membubarkan pertemuan itu. Keesokan harinya, beliau mengumpulkan orang-orang lagi dan mengulangi pertanyaannya,
“Siapa yang bersedia menerima tiga tugas ini: berpuasa di siang hari, shalat di malam hari, dan tidak marah? Aku akan menjadikannya penggantiku.”
Pria yang sama berdiri lagi dan berkata, “Aku siap.”
Nabi Al-Yasa’ kembali bertanya, “Apakah kamu yakin bisa berpuasa di siang hari, shalat di malam hari, dan menahan diri dari marah?”
Pria itu dengan tegas menjawab, “Ya, aku bisa.”
Akhirnya, Nabi Al-Yasa’ mempercayakan tugas besar itu kepadanya dan menjadikannya penggantinya. Karena pria ini mampu memikul tanggung jawab besar itu dengan baik, Allah memberinya gelar “Dzul Kifl,” yang berarti orang yang menanggung tugas dengan baik dan memenuhinya.
Di dalam Alquran, Nabi Dzulkifli disebut di dalam dua ayat yaitu:
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ كُلٌّ مِّنَ الصَّابِرِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anbiya’: 85)
Kemudian di ayat berikut:
وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ وَكُلٌّ مِّنَ الْأَخْيَارِ
“Ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS. Shad: 48)
Pelajaran Akhlak dari Kisah Nabi Dzulkifli:
- Allah menunjuk Nabi Dzulkifli sebagai seorang nabi dan pemimpin karena kesiapannya untuk menanggung tanggung jawab besar. Ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui siapa yang layak dan berhak untuk memikul tanggung jawab besar. Ini menunjukkani bahwa Allah selalu tahu siapa yang paling baik untuk menjalankan tugas-Nya.
- Nabi Dzulkifli dikenal sebagai pemimpin yang adil, selalu berusaha menyelesaikan masalah masyarakatnya dengan baik. Ini mengajarkan bahwa keadilan dan tanggung jawab dalam kepemimpinan adalah sifat yang sangat terpuji dalam Islam.
- Dzulkifli menerima tugas yang tidak mudah—berpuasa di siang hari, shalat di malam hari, dan menjaga emosi. Hal ini mengajarkan bahwa ketekunan, komitmen, dan menepati janji adalah ciri orang-orang yang berakhlak mulia.
- Nabi Dzulkifli termasuk di antara orang-orang yang sabar, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Beliau sabar dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin dan penengah yang adil. Ini mengajarkan tentang pentingnya memiliki kesabaran dalam menjalankan tugas dan menghadapi tantangan.
- Salah satu sifat Nabi Dzulkifli yang dijadikan syarat untuk kepemimpinan adalah kemampuannya untuk menahan diri dari marah. Kisah Nabi Dzulkifli mengajarkan tentang pentingnya mengendalikan emosi, tidak mudah marah, dan selalu berpikir tenang dalam menghadapi berbagai situasi.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com