Di tengah senja yang merekah, ketika langit memancarkan warna jingga lembut dan angin berbisik seolah membawa pesan rahmat, terselip momen sakral di antara setiap jiwa yang menunaikan zakat. Setiap harta yang kita sisihkan bukan sekadar pengurangan dari harta duniawi, melainkan benih-benih harapan yang ditanam di ladang rahmat-Nya, menanti untuk mekar dengan keberkahan yang melimpah.
Dalam keheningan itu, terdengar doa yang mengalir, doa yang menghubungkan hati kita dengan Sang Pemberi Rezeki:
اللهم اجعلها مغنما ولا تجعلها مغرما
ALLAHUMMAJ ‘ALHA MUGHNIMAN WALA TAJ’ALHA MUGHRIMAN
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah zakat ini sebagai keuntungan bagiku dan janganlah Engkau jadikan ia sebagai beban.”
Doa ini bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan doa yang pernah diamanatkan oleh Rasulullah ﷺ. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda:
إذا أعطيتم الزكاة فلا تنسوا ثوابها أن تقولوا: اللهم اجعلها مغنما ولا تجعلها مغرما
“Jika kalian membayarkan zakat, jangan lupa akan pahalanya dengan mengucapkan: Ya Allah, jadikanlah zakat ini keuntungan bagiku dan jangan jadikan ia sebagai kerugian bagiku.” (HR. Ibnu Majah)
Hadis ini mengajarkan bahwa setiap rupiah yang kita infakkan di jalan Allah akan kembali sebagai anugerah yang lebih besar, bak hujan yang menghidupkan tanah kering. Allah pun berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Apa saja yang kalian infakkan, maka Dia akan menggantinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’: 39)
Firman ini seolah mengingatkan bahwa setiap butir harta yang kita keluarkan bukanlah kehilangan, melainkan investasi abadi di sisi-Nya. Di setiap langkah yang kita ambil, ada dua malaikat yang menyaksikan, dua jiwa yang berbisik dalam bahasa kasih ilahi: satu berdoa agar bagi setiap infak yang keluar, ada ganti yang lebih baik, sementara yang lain mengutuk keengganan untuk berbagi.
Di pagi hari, ketika dua malaikat menyambut fajar dengan doa, ada yang memohon ganti bagi yang berinfak, dan ada pula yang berdoa kepada mereka yang menahan kebaikan. Doa-doa inilah yang seakan menyulam benang-benang takdir, mengikat setiap perbuatan baik dengan janji kasih sayang Sang Pencipta. Di sanalah letak keindahan zakat—bukan hanya sebagai kewajiban sosial, melainkan sebagai cara untuk meraih ketenangan hati dan rezeki yang melimpah. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Setiap pagi, dua malaikat turun, lalu salah satu dari mereka berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lain berdoa, ‘Ya Allah, timpakanlah kebinasaan kepada orang yang menahan hartanya (tidak mau berinfak).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, biarkanlah setiap helai harta yang kita keluarkan menjadi saksi bisu atas keikhlasan dan cinta kita pada Sang Pencipta. Biarkan doa yang terucap mengalir, menyulam benang-benang takdir, dan membuka jalan menuju rezeki yang berlipat ganda. Di sanalah, dalam keheningan doa dan kerendahan hati, kita menemukan kekuatan yang mampu mengubah setiap pengorbanan menjadi berkah yang abadi.
Aamiin.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.
Artikel: Remajaislam.com