Bismillah…
Urutan Ayat Al-Quran
Urutan ayat dalam Al-Quran berdasarkan apa yang telah disusun oleh Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- (tauqifiyyah), artinya urutan ayat Al-Quran yang ada berdasarkan pesan Malaikat Jibril kepada Nabi, dari Allah ta’ala. Hal ini ditunjukkan oleh ijmak seluruh sahabat sebagaimana disampaikan oleh sejumlah ulama ilmu Al-Quran diantaranya Az-Zarkasyi dan Abu Ja’far. Selain itu, susunan ayat dan surat Al-Quran adalah berdasarkan arahan dari Rasulullah juga ditunjukkam oleh dalil hadis, diantaranya sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Tirmudzi, An-Nasai, Ibnu Majah dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas -radhiyallahu’anhuma-, beliau mengatakan,
قُلْتُ لِعُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ مَا حَمَلَكُمْ أَنْ عَمَدْتُمْ إِلَى بَرَاءَةَ وَهِيَ مِنْ الْمِئِينَ وَإِلَى الْأَنْفَالِ وَهِيَ مِنْ الْمَثَانِي فَجَعَلْتُمُوهُمَا فِي السَّبْعِ الطِّوَالِ وَلَمْ تَكْتُبُوا بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قَالَ عُثْمَانُ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا تَنَزَّلُ عَلَيْهِ الْآيَاتُ فَيَدْعُو بَعْضَ مَنْ كَانَ يَكْتُبُ لَهُ وَيَقُولُ لَهُ ضَعْ هَذِهِ الْآيَةَ فِي السُّورَةِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا وَتَنْزِلُ عَلَيْهِ الْآيَةُ وَالْآيَتَانِ فَيَقُولُ مِثْلَ ذَلِكَ وَكَانَتْ الْأَنْفَالُ مِنْ أَوَّلِ مَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ وَكَانَتْ بَرَاءَةُ مِنْ آخِرِ مَا نَزَلَ مِنْ الْقُرْآنِ وَكَانَتْ قِصَّتُهَا شَبِيهَةً بِقِصَّتِهَا فَظَنَنْتُ أَنَّهَا مِنْهَا فَمِنْ هُنَاكَ وَضَعْتُهَا فِي السَّبْعِ الطِّوَالِ وَلَمْ أَكْتُبْ بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Aku bertanya kepada Utsman bin ‘Affan; “Apa yang menyebabkan kalian sengaja meletakkan surat surat Bara’ah (At Taubah) padahal dia termasuk dari mi`in (surat yang ayatnya sampai seratus) dan surat Al Anfal padahal dia termasuk dari al matsani (surat yang ayatnya kurang dari seratus) kemudian kalian menyatukan keduanya termasuk dari tujuh surat panjang, dan belum kalian tulis antara keduanya dengan batas “bismillaahir rahmaanir rahim?”
Utsman menjawab, “Ketika beberapa ayat turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau memanggil beberapa orang yang akan menuliskan di sisinya, kemudian beliau bersabda kepadanya, “Letakkan ayat ini dalam surat yang disebutkan di dalamnya begini dan begini, ” Ketika turun kepada beliau satu ayat atau dua ayat, maka beliau akan mengatakan seperti itu. Surat Al Anfal termasuk dari surat yang pertama diturunkan di Madinah, sedangkan Bara’ah (At Taubah) termasuk dari surat yang terakhir diturunkan di Madinah, sementara kandungannya mirip dengan kandungan yang ada dalam surat Al Anfal, maka perkiraanku, surat Al Bara’ah bagian dari surat Al Anfal, oleh karena itu aku meletakkan surat tersebut termasuk dari tujuh surat yang panjang, sehingga aku tidak menulis dengan batasan “Bismillahir rahmanir rahim.”
Keterangan dari Umar bin Khattab -radhiyallahu’anhu- :
ما سألت النبي صلى الله عليه وسلم عن شيء أكثر مما سألته عن الكلالة حتى طعن بإصبعه في صدري وقال
“Aku tidak pernah bertanya kepada sebanyak pertanyaan saya tentang kalalah. Sampai beliau meletakkan telunjuk beliau ke dadaku kemudian beliau bersabda,
ألا تكفيك آية الصّيْف التي في آخر سورة النساء .
“Tidakkah cukup penjelasan untukmu yang ada di ayat shoif di akhir surat An-Nisa?!” (HR. Muslim)
Kemudian juga hadis tentang anjuran membaca ayat-ayat akhir dari surat Al-Baqarah ketika hendak tidur.
Dan juga hadis tentang keutamaan membaca surat Al-Kahfi, dari Abu Darda’ -radhiyallahu’anhu-,
من حفظ عشر آيات من أول الكهف عصم من الدجال وفي لفظ عنده من قرأ العشر الأواخر من سورة الكهف
“Siapa yang menghafal 10 ayat dari awal surat Al-Kahfi, maka ia akan dijaga dari Dajjal.” Dalam redaksi versi yang lain diterangkan, “Siapa yang membaca 10 ayat akhir syrat Al-Kahfi….”
Lalu bacaan quran Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- terhadap berbagai surat yang berbeda di Al Quran, menunjukkan bahwa susuan ayat dan surat dalam Al-Quran itu tauqifiy. Dan bisa dipastikan bahwa para sahabat tak ada yang ragu sama sekali tentang susunan ayat dan surat yang mereka dengar dari Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-, bahkan telah sampai pada derajat mutawatir.
Al-Qodhi Abu Ja’far -rahimahullah- menerangkan,
ترتيب الآيات أمر واجب وحكم لازم فقد كان جبريل يقول ضعوا آية كذا في موضع كذا .
“Urutan ayat Al-Quran adalah ketetapan yang wajib dan lazim adanya, dimana Jibril berkata, “Letakkan ayat ini di sini..”
Urutan Surat Al-Quran
Adapun urutan surat, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama apakag tauqifi atau ijtihadi?
Menurut mayoritas ulama, urutan surat Al-Quran juga tauqifi sebagaimana urutan ayatnya.
Namun sebagian ulama berpandangan lain, seperti Imam Malik, Al-Qodhi Abu Bakr dalam salahsatu pernyataan beliau tentang ini menyatakan bahwa, urutan surat Al-Quran adalah ijtihadi.
Referensi:
- Al-Madinah International University (2009). Madkhol ila ‘Ulum Al-Quran.
Ditulis oleh: Ahmad Anshori
Artikel: Remajaislam.com